Posted by : Unknown
Selasa, 14 Januari 2014
Janji
kebersamaan kita yang tak akan pernah pupus terlekang oleh waktu. Kini kau
telah tenang disana sayang, menanti kehadiranmu kembali untuk melanjutkan
cerita kita dulu. Tuhan punya cara untuk mengindahkan kisah kita dulu. Janji
yang pernah kita sematkan saat kebahagian sedang membasuh kita. Janji dariku “menyayangimu
sekarang atau nanti”, dan untuk hubungan kita.
Dulu..
Dulu
aku selalu berbahagia denganmu, menunggumu berjam-jam biasa bagiku, tak
berjumpa selama kita berjauhan. Tak pernah mulut ini rela untuk menegurmu
padahal begitu lamanya aku dibawah terik matahari yang usang hanya untuk
menunggu bertemu denganmu.
Tak
pernah sedikit pun kita bertengkar, berbicara angan kita untuk selalu bersama.
Padahal 4 bulan sudah kita bersama, kau tetap selalu menjadi yang pertama.
Cita-cita kita dulu saat kita masih bersama adalah “Mendapatkan
Kebahagiaan Yang Layak Untuk Kita”.
Duduk
bersama di sebuah lapangan tandus melepas rindu sambil bercengkrama,
mengistirahatkan otak kita sambil bertukar pikiran ilmu yang kita temukan di
sekolah masing-masing itu hal yang selalu kita lakukan hampir setiap hari.
Menyambangi rumahmu yang saat itu semakin jauh karena kepindahanku dari daerah
kita dulu ke kotaku yang baru tetapi tak menjadi penghalang bagiku untuk selalu
menjadi ojek sepeda gratis tumpanganmu.
Kala
aku pulang malam karena habis mengajarimu soal bahasa yang sungguh susahnya
masuk dalam pikiranmu tak mampu hentikan kebiasaan kita. Apalagi saat celotehan
mamamu kala kita pulang terlambat saat hujan menyerbu dan menghentikan
perjalanan kita untuk berteduh karena aku tak pernah ingin kau sakit. Betapa
bodohnya aku kalau kau sakit karena tetesan air hujan itu.
Meski
mamamu sering bilang “Jangan
menemuimu” tak membuatku berhenti untuk selalu bersamamu. Aku memang
telah ditinggal oleh sosok bidadari dalam diriku yaitu mama, makanya aku selalu
menghormati ribuan mama di dunia ini dan menganggap mamamu adalah mamaku. Kau
selalu bersedih kalau mamamu memarahiku, tapi aku selalu senang dan semakin
sayang pada mamamu karena bagiku ini perhatian yang diberikannya untukku.
Memang
malang sekali nasibku hanya numpang mama darimu, tapi itulah yang membuatmu
senang menceritakan tentangku pada mamamu. Aku ingat kala itu mamamu senang
mendengar bahwa aku sekolah sambil kerja, itu yang membuatnya menerima dan merestui
hubungan kita. Kekokohan mamamu dulu telah kulunakan saat berita perjuanganku
untuk melanjutkan hidup telah didengarnya.
Kita
pernah pergi kesana, ke sebuah taman kota saat liburan sekolah, pemandangan
yang berarti diselimuti ribuan daun hijau, kita bersenang-senang disana.
Meskipun malamnya aku harus menunggumu tertidur dikala semua mata harus
terpejam apalagi kalau kau tak bisa tidur karena kangen rumah.
Kau
pasti ingat, sore itu matahari yang berwarna orange keemasan, kita
pernah berjanji, berjanji untuk selalu berbahagia. Janji kita saat itu adalah “Kita Tak sehidup semati, karena Tuhan
menciptakan kita untuk berbahagia. Jika salah satu diantara kita ada yang
pergi, pergi mendahulukan keadaan, salah satu diantara kita tak boleh ada yang
meneteskan air mata apalagi sampai meraung-raung untuk menghentikan keadaan,
yang ditinggalkan haruslah melanjutkan kebahagiaan yang telah ditetapkan Tuhan.
Dengan mencari pengganti dari yang pergi”.
Janji
itu kita sematkan diantara bergantinya masa diiringi kepergian matahari dari
pelupuk mata. Kupikir itu hanya guyonan diantara candaan kita, sebenarnya itu
hanya ledekan apakah sanggup dia kutinggalkan karena yang kutahu dia salalu
menolak untuk kutinggalkan. Sungguh itu ledekan dan candaan yang terindah
untukku.
Ternyata
apa? Semua nyata saat aku tengah tak bersamamu kau malah pergi mengingkari
janji kita? Kau didiagnosa memiliki penyakit kritis. Hampir tiap menit aku
buang butiran-butiran air mata hanya untuk menangisimu kau jawab kau tak
apa-apa, hanya saja dalamnya ginjalmu menahan ketakutan untuk tak bernyawa lagi
dan meninggalkan senyummu. Ku kira saat itu kau akan langsung meninggalkanku,
kau berpesan padaku untuk mengingat janji kita di bawah matahari yang terbenam
sore itu. Dan kau pergi tanpa ingat untuk mengucapkan selamat tinggal padaku
yang sedari tadi berdiri menantap
panjangnya jalan. Sekarang lihat aku Mutia Gita Kartika, sesuai janji kita dengan mencari pengganti kita yang pergi,
ya, sekarang aku menemukan penggantimu, bahkan bukan pengganti tapi aku
merasakan kau hidup dalam dirinya Mellyana Wahyu Dianistika. Cantik anggun tapi
konyol.. gadis ini yang kusebut sebagai kamu.
********
Note: Allah akan mempertemukan kita
dengan orang yang salah sebelum akhirnya kita di pertemukan dengan orang yang
benar, Yang pergi, yang Kembali, Cerpen ini bermaksud ketika
orang yang kita sayangi telah pergi jauh maka janganlah terlalu bersedih tapi
yakinlah Allah pasti akan mempertemukan kita pada orang yang jauh lebih baik.
Coretan Hati
“Manusia bodoh” masih berbunyi dari MP3-nya Fadli.
Mulutnya ikut komat-kamit mengikuti irama lagunya Ada Band. Hmm, kelihatannya Fadli
begitu menjiwainya. Kenapa nih anak jadi termehak-mehek begini ya? Memang ada
yang lain dalam diri fadli. Setelah hampir 4bulan persahabatannya dengan Tika
berjalan. Susah senang dilaluinya bersama. Tika memang sahabat yang baik dan
manis. Memang begitu kenyataannya. Bukannya Fadli berlebihan dalam menilainya.
Sahabat yang di saat duka selalu menghibur dan di saat suka selalu hadir tuk
berbagi tawa. Tika pernah bilang kalau semua saran Fadli selalu diturutin dan
begitupun sebaliknya. Seperti bunga bersama kumbang, mungkin itulah artian yang
pantas. Hampir setiap ada kesempatan mereka selalu bersama-sama. Tak ada
pikiran aneh antara mereka berdua “Nakal”. Tak ada pula perasaan lebih dari
pada hanya menyayangi sebagai layaknya sahabat saja, apalagi rasa “Cinta” yang
jauh dari pikiran mereka.
Tapi kenapa Tika sampai saat ini belum juga punya kekasih? Padahal jika dipikir-pikir Tika tak mungkin sulit untuk mendapatkan pengisi hati. Tika mungkin jauh berbeda dari wanita lainnya, Tika memiliki paras yang cantik dan manis. Ya memang, inilah yang membuat Fadli takut. Takut perasaannya hanya akan menjadi permainan waktu semata. Waktu yang entah sampai kapan akan membuat Fadli terombang-ambing oleh cinta. Apakah ini cinta? Ya, ini adalah cinta. It must have been love kata Roxette. Tapi, Fadli terus memendam perasaannya. Sampai-sampai suatu ketika Fadli dikecam oleh perasaan cemburu. Perasaan yang dulu tak pernah ada kini muncul. Cemburu saat Tika menceritakan beberapa mantannya. Apakah cemburu pertanda cinta? Kata orang, cemburu tidak mencerminkan rasa cinta tapi mencerminkan kegelisahan. Aduh, Fadli makin panas dibuatnya. Fadli benar-benar gelisah. Lama-lama hingga batinnya tersiksa. Ada keinginan yang harus diutarakan. Tentang masalah perasaan Fadli yang gak karuan tentang Tika. Cuma tak ada keberanian dalam dirinya. Ia sangat takut jikalau semua malah akan merubah tika menjadi benci. Ini gak boleh terjadi.
Kemudian akhirnya Fadli berusaha untuk melupakannya tapi tak bisa, malah rasa sayang yang semakin membara. Apakah salah kalau Fadli ingin menjalin hubungan yang lebih hangat bukan hanya sebagai seorang sahabat? Hmm, Fadli harus berani. Harus berani ambil segala resikonya.
“Tika, I Love You” kata Fadli akhirnya setelah sekian lama dipendamnya. “Aku sangat menyayangi dan mencintaimu aku berjanji akan serius menyayangi dan mencintaimu seutuhnya”.
Ia pandangi wajah Tika. Tak ada amarah di wajahnya yang ada hanya mata berkaca. Ups, Tika menangis. Fadli membuka mulut seakan ingin bersuara. Baru kali ini Fadli melihat Tika menangis.
“Kenapa? Apakah kata-kataku barusan ada yang menyakitimu hingga membuatmu menangis”
Tika menggeleng. Sambil masih terisak ia coba menjelaskan pada Fadli. Fadli siap mendengarkan jawaban. Apapun itu meskipun kata “tidak” sekalipun. Dan benar, kata tidak yang terucap dari mulutnya. Ya, Fadli harus menerimanya. Rasanya dada terasa ingin rapuh seperti kayu habis di lahap rayap, cerah serasa hujan badai. Sepinya senja itu terasa lebih sunyi seolah hanya mereka berdua di alam ini. Tak ada suara hewan atau serangga yang meramaikan bumi.
“Maafin aku ya?” tangan Tika menggenggam jemari Fadli. Fadli terdiam. “Kamu pasti kecewa dengan jawabanku, ya? Tapi itu bukan berarti aku gak ada ‘rasa’ denganmu. Aku hanya takut jikalau akhir dari perasaan itu hanya membuat kita tak seperti ini lagi dan menjadiawal permusuhan.”.
“Jika cinta ini beban biarkan aku menghilang. Jika cinta ini kesalahan biarkan aku meminta maaf. Jika cinta ini hutang biarkan aku melunasinya. Tapi jika cinta ini suatu anugerah maka biarkanlah aku mencintai dan menyayangimu sampai nafas terakhirku” Fadli tetap tak yakin akan perasaannya. Fadli merasa Tika akan meninggalkannya selamanya. Kemudian dipeluknya Tika erat-erat. Fadli membelainya rambut tika dengan penuh kasih sayang yang ditunjukannya pada tika.
“Aku gak mau kehilangan sahabat yang begitu baik” kata Tika masih dalam pelukan Fadli.“Biarlah hubungan kita tetap terjalin bebas tanpa terbatas ruang dan waktu. Lagipula perjalanan cinta kita nantinya bakal abadi, atau malah putus di tengah jalan? Persahabatan bisa jadi awal percintaan tapi akhir dari suatu percintaan kadang malah menjadi permusuhan. Dan aku gak mau itu”
Fadli mulai merenungi kata-kata Tika. Dilepaskannya pelukannya kemudian dipandanginya wajah Tika dalam-dalam. Ternyata Fadli masih bisa menikmati senyum manis Tika. Masih dapat merasakan sejuknya yang seakan terpancar dari tatapan Tika. Ia tak mau kehilangan semuanya itu.
“Aku rela menjadi lilin walau sinarnya redup tapi tak habis dimakan api bisa memberi cahaya dan menerangi hatimu.” Fadli menghapus hujan air mata yang membasahi pipi Tika.
Tapi kenapa Tika sampai saat ini belum juga punya kekasih? Padahal jika dipikir-pikir Tika tak mungkin sulit untuk mendapatkan pengisi hati. Tika mungkin jauh berbeda dari wanita lainnya, Tika memiliki paras yang cantik dan manis. Ya memang, inilah yang membuat Fadli takut. Takut perasaannya hanya akan menjadi permainan waktu semata. Waktu yang entah sampai kapan akan membuat Fadli terombang-ambing oleh cinta. Apakah ini cinta? Ya, ini adalah cinta. It must have been love kata Roxette. Tapi, Fadli terus memendam perasaannya. Sampai-sampai suatu ketika Fadli dikecam oleh perasaan cemburu. Perasaan yang dulu tak pernah ada kini muncul. Cemburu saat Tika menceritakan beberapa mantannya. Apakah cemburu pertanda cinta? Kata orang, cemburu tidak mencerminkan rasa cinta tapi mencerminkan kegelisahan. Aduh, Fadli makin panas dibuatnya. Fadli benar-benar gelisah. Lama-lama hingga batinnya tersiksa. Ada keinginan yang harus diutarakan. Tentang masalah perasaan Fadli yang gak karuan tentang Tika. Cuma tak ada keberanian dalam dirinya. Ia sangat takut jikalau semua malah akan merubah tika menjadi benci. Ini gak boleh terjadi.
Kemudian akhirnya Fadli berusaha untuk melupakannya tapi tak bisa, malah rasa sayang yang semakin membara. Apakah salah kalau Fadli ingin menjalin hubungan yang lebih hangat bukan hanya sebagai seorang sahabat? Hmm, Fadli harus berani. Harus berani ambil segala resikonya.
“Tika, I Love You” kata Fadli akhirnya setelah sekian lama dipendamnya. “Aku sangat menyayangi dan mencintaimu aku berjanji akan serius menyayangi dan mencintaimu seutuhnya”.
Ia pandangi wajah Tika. Tak ada amarah di wajahnya yang ada hanya mata berkaca. Ups, Tika menangis. Fadli membuka mulut seakan ingin bersuara. Baru kali ini Fadli melihat Tika menangis.
“Kenapa? Apakah kata-kataku barusan ada yang menyakitimu hingga membuatmu menangis”
Tika menggeleng. Sambil masih terisak ia coba menjelaskan pada Fadli. Fadli siap mendengarkan jawaban. Apapun itu meskipun kata “tidak” sekalipun. Dan benar, kata tidak yang terucap dari mulutnya. Ya, Fadli harus menerimanya. Rasanya dada terasa ingin rapuh seperti kayu habis di lahap rayap, cerah serasa hujan badai. Sepinya senja itu terasa lebih sunyi seolah hanya mereka berdua di alam ini. Tak ada suara hewan atau serangga yang meramaikan bumi.
“Maafin aku ya?” tangan Tika menggenggam jemari Fadli. Fadli terdiam. “Kamu pasti kecewa dengan jawabanku, ya? Tapi itu bukan berarti aku gak ada ‘rasa’ denganmu. Aku hanya takut jikalau akhir dari perasaan itu hanya membuat kita tak seperti ini lagi dan menjadiawal permusuhan.”.
“Jika cinta ini beban biarkan aku menghilang. Jika cinta ini kesalahan biarkan aku meminta maaf. Jika cinta ini hutang biarkan aku melunasinya. Tapi jika cinta ini suatu anugerah maka biarkanlah aku mencintai dan menyayangimu sampai nafas terakhirku” Fadli tetap tak yakin akan perasaannya. Fadli merasa Tika akan meninggalkannya selamanya. Kemudian dipeluknya Tika erat-erat. Fadli membelainya rambut tika dengan penuh kasih sayang yang ditunjukannya pada tika.
“Aku gak mau kehilangan sahabat yang begitu baik” kata Tika masih dalam pelukan Fadli.“Biarlah hubungan kita tetap terjalin bebas tanpa terbatas ruang dan waktu. Lagipula perjalanan cinta kita nantinya bakal abadi, atau malah putus di tengah jalan? Persahabatan bisa jadi awal percintaan tapi akhir dari suatu percintaan kadang malah menjadi permusuhan. Dan aku gak mau itu”
Fadli mulai merenungi kata-kata Tika. Dilepaskannya pelukannya kemudian dipandanginya wajah Tika dalam-dalam. Ternyata Fadli masih bisa menikmati senyum manis Tika. Masih dapat merasakan sejuknya yang seakan terpancar dari tatapan Tika. Ia tak mau kehilangan semuanya itu.
“Aku rela menjadi lilin walau sinarnya redup tapi tak habis dimakan api bisa memberi cahaya dan menerangi hatimu.” Fadli menghapus hujan air mata yang membasahi pipi Tika.
“Iya.
Soalnya hati hanya dapat mencintai sekejap. Kaki cuma bisa melangkah jauh dan
lelah. Busana tak selamanya indah dalam tubuh. Tapi memiliki sahabat sepertimu
adalah keabadian yang tak mungkin kulupakan” begitu pinta Tika disambut senyum Fadli.
Mereka saling berpelukan lagi. Tanpa beban tanpa terbatas ruang dan waktu. Hmm…
apa bisa Fadli menyimpan rapat-rapat perasaannya berlama-lama ? Only time
will tell…
********
Note: Persahabatan dibina dengan cinta,
cinta dapat kekal abadi, atau
malah putus di tengah jalan? Persahabatan bisa jadi awal dari suatu percintaan
tapi akhir dari suatu percintaan kadang malah menjadi awal permusuhan.
Now or Later
Persahabatan bukan hanya sekedar kata,
yang ditulis pada sehelai kertas tak bermakna,
tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan suci,
yang ditoreh diatas dua hati,
ditulis dengan tinta kasih sayang,
dan suatu saat akan dihapus dengan tetesan darah dan mungkin nyawa.
yang ditulis pada sehelai kertas tak bermakna,
tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan suci,
yang ditoreh diatas dua hati,
ditulis dengan tinta kasih sayang,
dan suatu saat akan dihapus dengan tetesan darah dan mungkin nyawa.
Siapa
bilang manusia hanya bisa menanti keputusan dari yang kuasa? kita memiliki
sebuah keinginan dan harapan, pasti,
setiap keinginan dan harapan itu pasti akan terwujud dan terjadi namun kadang
tak sesempurna yang kita bayangkan.. . Mungkin tidak masuk akal dengan masalah
cinta, Coba lihat, kita selalu menganggap semua takdir, disitulah awal cinta
bermakna, sedikit mengupas masalah cinta dan rasa antara anak adam dan hawa
yang terbungkus dalam suatu ikatan janji kelingking.
Kini
telah hampir setahun persahabatan antara Vandy dan Lyana berjalan semenjak
kelas X di salah satu sekolah Yayasan yang tak jauh dari tempat tinggal mereka,
awalnya mungkin pertemanan biasa yang kadang acuh tak acuh pada satu sama
lain.. . Semua mulai berubah saat Vandy mulai mengenal Lyana di jejaring
sosialnya, bercerita antara satu kisah hingga kisah yang lainnya.
Dan juga sebuah coklat dengan bungkus merah yang menjadi kesukaan Lyana dan di berikannya pada Vandy saat sepulang sekolah, karena malu dilihat orang lain, Lyana memasukan ke dalam tas hijau yang kala itu di sandang oleh Vandy. Detik berdetak berganti waktu hingga seperti sekarang ini, Aneh dan bingaL panggilan sayang mereka berdua, Aneh Lyana-Bingal Vandy.
Dan juga sebuah coklat dengan bungkus merah yang menjadi kesukaan Lyana dan di berikannya pada Vandy saat sepulang sekolah, karena malu dilihat orang lain, Lyana memasukan ke dalam tas hijau yang kala itu di sandang oleh Vandy. Detik berdetak berganti waktu hingga seperti sekarang ini, Aneh dan bingaL panggilan sayang mereka berdua, Aneh Lyana-Bingal Vandy.
Dikala itu Vandy memberikan sebuah permainan untuk
Lyana, yaitu Lyana harus dapat membenci Vandy selama 8 hari berturut tanpa
sapaan, tanpa telponan, tanpa chat, tanpa senyuman. Bisakah? selang beberapa
hari Lyana telah tersenyum pada Vandy dan tak bisa menahan ingin berbicara pada
Vandy karena harus menunggu beberapa hari lagi Lyana selalu memberikan Perahu
Kertas pada Vandy wujud rasa rindunya dengan berisikan setiap kata-kata
hatinya.
Permainan
tetap berlanjut hingga hari ke8 finish dan saat itu Lyana bertanya pada Vandy
apa maksud dari permainan aneh ini.
"Sekarang sudah 8 hari, sekarang aku ingin tahu apa maksud dari permainan ini?" Kata Lyana dengan wajah keingitahuannya.
"Sekarang sudah 8 hari, sekarang aku ingin tahu apa maksud dari permainan ini?" Kata Lyana dengan wajah keingitahuannya.
Vandy
menjawab maksud dari permainannya itu, dengan beberapa urutan,, ,
- Pertama
kenapa delapan hari? menurutku angka delapan angka paling istimewa dalam
suatu hubungan karena tak akan pernah putus sampai kapanpun "I MISS
YOU."
- Membenci?
sesuai kata orang benci tanda sayang.
- Tanpa
telponan, tanpa chat, tanpa senyuman? sesuatu yang telah hilang akan
terasa lebih berarti saat dia tak didekat kita lagi.
Mungkin sesuatu kata yang romantis? Vandy menatap
wajah Lyana yang hanya biasa dan tanpa raut wajah salut pada Vandy! atau memang
kata-kata ini membosankan? padahal Vandy berharap dalam hati jikalau Lyana akan
mengucapkan "so sweet"
dan memeluknya, tapi ternyata Lyana malah diam tak bergeming kecuali senyuman
yang hampir bosan di dapatkan oleh Vandy.
Telah dua
Perahu Kertas yang Vandy terima dari sahabatnya itu, hingga Vandy kini yang
memberikan Perahu kertas pada sang pujaan hati sahabat tercinta, sebuah puisi
yang ku tiru dari sebuah kumpulan puisi di perpustakaan sekolah.
Judul: Aneh,,
Aneh,,
Inginku bercerita padamu
Tentang jalan hidupku yang penuh liku-liku
Jurang dan tebing yang ku lalui
Ombak dan duri banyak kujumpai
Namun tiada surutkan langkahku
Inginku bercerita padamu
Tentang jalan hidupku yang penuh liku-liku
Jurang dan tebing yang ku lalui
Ombak dan duri banyak kujumpai
Namun tiada surutkan langkahku
Aneh,,
Berilah aku pemicu
Agar tak surut semangatku
Mengais rezeki, mencari nafkah
Untuk hidupku, untuk buah hatiku
Di masa depanku,,,
Berilah aku pemicu
Agar tak surut semangatku
Mengais rezeki, mencari nafkah
Untuk hidupku, untuk buah hatiku
Di masa depanku,,,
Aneh,,
Tahukah kau
Kuarungi samudra nan luas ini
Dengan perahu tanpa nahkoda
Kadang ombak, kadang badai menggoyang layar perahuku
Ku bertahan
Ku tahu perjalanan masih panjang
Semoga selamat hingga tujuan
Tahukah kau
Kuarungi samudra nan luas ini
Dengan perahu tanpa nahkoda
Kadang ombak, kadang badai menggoyang layar perahuku
Ku bertahan
Ku tahu perjalanan masih panjang
Semoga selamat hingga tujuan
Pagi itu
Lyana tersenyum dikelasnya sehabis membaca surat dari Vandy, banyak yang tidak
tahu tentang hubungan Vandy dengan Lyana sebenarnya,, teman sekelas Lyana yang
mayoritas anak perempuan karna jurusan Sekretaris, banyak yang beranggapan
Vandy dan Lyana berpacaran atau bahkan sebuah status teman tapi mesra.
Lain dengan kelas teknik teman-teman dari Vandy yang mengatakan kalau Vandy hanya sebuah pelarian yang dimanfaatkan, bagaimana tidak manalah mungkin seorang Lyana yang jelita bersanding dengan "Si Buruk Rupa." tetapi Vandy tak pernah mendengarkan cacian teman-temanya, ia selalu berkata dan meyakinkan perasaannya jikalau Lyana adalah sahabat setia yang dititipkan tuhan padanya.
Lain dengan kelas teknik teman-teman dari Vandy yang mengatakan kalau Vandy hanya sebuah pelarian yang dimanfaatkan, bagaimana tidak manalah mungkin seorang Lyana yang jelita bersanding dengan "Si Buruk Rupa." tetapi Vandy tak pernah mendengarkan cacian teman-temanya, ia selalu berkata dan meyakinkan perasaannya jikalau Lyana adalah sahabat setia yang dititipkan tuhan padanya.
Hari ini adalah hari rabu,
waktunya untuk kelas Lyana masuk dalam jam olahraga di lapangan, Vandy yang
duduk di depan baris ke dua dapat melihat sahabatnya itu sedang melakukan
olahraga.. . Sedikit terlintas dalam pikirannya, mengapa Lyana tak menjadi
kekasihnya saja? dengan begitu setiap hinaan dan cacian musnah terhempas ombak
tersapu arus lautan.. .
keasikan
memangdang Lyana, Vandy tak menghiraukan guru yang menjelaskan tentang
pelajaraan sedikit teguran dan di tambah dialog ringan oleh Andrie temannya.
"Makanya Van, jangan Lyana aja yang kau
lihat? ingat juga belajar." Sahut Andrie dengan nyengir selengekan
menampakan kawat giginya yang menjadi khas dirinya. Beginilah kelas Teknik, di
depan guru semua seakan menjadi teman yang baik dan mengingatkan teman
bila salah, aslinya hanya tuhan yang tahu.
Setiap sehabis pulang sekolah
terkadang mereka bermain dan berjalan bersama.. . Vandy dan Lyana tidak tinggal
terlalu jauh dari sekolah, maka itu mereka kadang selalu bercerita dan
menghabiskan senja di sekolah, kala itu Lyana dan Vandy duduk di bawah suatu
pohon yang rindang dengan rumput yang menjadi alas.. .
"aNeh, udah setahun kita sahabatan dan selalu
bersama saat duka maupun senang, apakah aku bisa melewati setiap hari-hariku
nanti tanpamu?" dengan wajah tampak sedih Vandy memandangi Lyana
dengan penuh harapan,
"Aku rasa itu tak akan mudah, kau bingal
sudah seperti Narkoba bagiku yang tanpa sehari saja tak ada pastilah aku seakan
mati." jawab Lyana dengan senyuman manis yang memamerkan lesung
pipitnya.
Vandy
memberikan sepasang Bunga Matahari pada Lyana dan menjulurkan jari
kelingkingnya pada Lyana dan berkata.
"PERSAHABATAN ANEH DAN BINGAL, SEKARANG ATAU NANTI." Setelah itu apa yang terjadi? apa yang tak dipikirkan oleh Vandy, Lyana meneteskan air mata dan memeluk Vandy. Suaranya jelas terdengan di telinga kanan Vandy dan berbisik.
"Tetaplah disini jangan pernah berubah." Vandy melepaskan pelukan Lyana mencoba menghapus air mata yang membasahi pipi Lyana.
"PERSAHABATAN ANEH DAN BINGAL, SEKARANG ATAU NANTI." Setelah itu apa yang terjadi? apa yang tak dipikirkan oleh Vandy, Lyana meneteskan air mata dan memeluk Vandy. Suaranya jelas terdengan di telinga kanan Vandy dan berbisik.
"Tetaplah disini jangan pernah berubah." Vandy melepaskan pelukan Lyana mencoba menghapus air mata yang membasahi pipi Lyana.
"Jangan pernah membuang air matamu, ingan
janjiku aku tak akan pernah membiarkan setetespun jatuh dari dirimu."
Dengan pasti Vandy berkata begitu dengan posisi tangannya yang masih menyentuk
pipi kiri Lyana.
********
Kini tepat 10 MAY 2013, adalah
hari ulang tahun Lyana, Lyana menadakan pesta di rumahnya seluruh teman-teman
ikut serta diundang dalam merayakan hari jadinya yang ke-16, malam itu semua
datang tetapi kecuali Vandy yang memang dari tadi pagi tak ada kabar dan tidak
masuk sekolahan karena sakit, Lyana merasa sedih karena selama ini orang yang
memberinya semangat saat sedih malah tidah ada sewaktu ia bahagia. satu persatu
teman Lyana mulai beranjak pulang meninggalkan pesta, Lyana berdiri di bibir
pintu dengan Gaun hitam yang simple tetapi berkesan mewah dan indah.. .
kini tepat jam 23.38 seluruh seisi rumah telah
kosong hanya tertinggal ayah dan ibu Lyana dengan piring dan gelas yang kotor..
. Lyana mulai kecewa dengan Vandy yang tak ingat pada ulang tahunnya.
namun
sesaat Lyana hendak masuk Vandy telah berada tepat di belakangnya.
"Happy
Birthday, aku belum terlambatkan?" sahut Vandy dengan senyuman ke arah
Lyana.
"Iya,
tapi sayangnya orang yang katanya sahabatku malah menjadi orang terakhir yang
mengucapkan itu padaku.. ." dengan kecewa dan rasa marah Lyana
membalikan badannya mengacuhkan Vandy.
Vandy
memegang lengan Lyana dan berkata. "Karena
aku ingin menjadi orang terakhir dalam hidupmu nanti."
Lyana membalikan wajahnya dan memandang Mata Vandy dengan rasa kagum Lyana berkata.
Lyana membalikan wajahnya dan memandang Mata Vandy dengan rasa kagum Lyana berkata.
"Aku
juga akan sama dengan yang kau katakan, I MISS YOU, BINGAL."
"I
LOVE YOU, ANEH." Jawab Vandy dengan menggenggam kedua tangan Lyana.
********
Senja yang dulu indah kini
menjadi temaram dan bulan yang dulu purnama kini perlahan berubah menjadi
sabit. Seperti rasa hati Vandy yang meratapi kekosongan dan kehampaan hatinya
karena Lyana sahabat yang selama ini setia menemaninya baik suka maupun duka
tidak pernah tampak lagi dan ntah kemana? Waktu terus berputar, tanpa terasa
tahunpun berganti dulu masanya mengenakan seragam sekarang hari-hari tanpa
seragam selain itu ada yang terasa lebih berubah dalam hidup Vandy, sahabat
yang berjanji akan selalu bersamanya dulu kini telah pergi ntah kemana, dan apa
kabarnya!!.. .
Vandy
mendatangi tempat dimana pertama kali dirinya dan Lyana berjanji dulu, ternyata
sesuatu hal yang di sengaja atau tidak, Vandy melihat Lyana duduk disebuah
kursi kayu panjang dengan baju berwarna ungu. Vandy mendekati dan duduk di
sebelah Lyana.
“Aneh, apakah kau tidak merindukanku sama sekali? Kemana saja engkau selama ini disaat aku duka.. . apakah aku punya salah padamu hingga engkau tak mau bertemu denganku? Dengan nada frekuensi rendah pandangan kosong kedepan.
Lyana tertawa kecil dan memangdang Vandy dengan senyumannya, bibir merah dulu kini berubah putih pucat pecah-pecah..
“Aneh, apakah kau tidak merindukanku sama sekali? Kemana saja engkau selama ini disaat aku duka.. . apakah aku punya salah padamu hingga engkau tak mau bertemu denganku? Dengan nada frekuensi rendah pandangan kosong kedepan.
Lyana tertawa kecil dan memangdang Vandy dengan senyumannya, bibir merah dulu kini berubah putih pucat pecah-pecah..
“Aku
sakit.?” Jawab Lyana langsung.
“Sakit, sakit apa? Bagaimana aku bisa tahu sementara kamu tak pernah cerita padaku tentang penyakitmu.” Merubah posisi duduknya dan memandang Lyana dan memegang tangannya yang dingin.
“Sakit, sakit apa? Bagaimana aku bisa tahu sementara kamu tak pernah cerita padaku tentang penyakitmu.” Merubah posisi duduknya dan memandang Lyana dan memegang tangannya yang dingin.
Lyana
tampak gelisah saat akan menjawab pertannyaan dari sahabatnya itu, Lyana mulai
meneteskan air mata dan bibirnya seakan kaku saat ingin menjawab pertannyaan
Vandy.
“A,,Aku terkena Leukimia, dan dokter telah memfonis usiaku hanya 5-6 bulan saja.. sebenarnya aku tak ingin kau tahu, aku tak mau membuatmu terlalu memikirkanku, maaf.” Jawab Lyana dengan nada serak dan tak kuasa menahan tangisnya.. .
“A,,Aku terkena Leukimia, dan dokter telah memfonis usiaku hanya 5-6 bulan saja.. sebenarnya aku tak ingin kau tahu, aku tak mau membuatmu terlalu memikirkanku, maaf.” Jawab Lyana dengan nada serak dan tak kuasa menahan tangisnya.. .
Vandypun
ikut turut prihatin atas segala cobaan yang di alami oleh Lyana, Vandy memeluk
Lyana dan mencoba menenangkan perasaannya yang mulai rapuh karena segala ujian
yang di berikan pada sahabatnya Lyana.
********
Vandy
kini tak dapat berbuat banyak selain hanya membahagiakan Lyana di sisa umurnya
yang semakin hari semakin singkat dengan kematian, kini 2 bulan telah berlalu
kisah persahabatan yang panjang seharusnya membuat bahagia malah kini membuat
berlinang air mata.
Pagi ini Vandy mengajak Lyana kesebuah tepian danau nan indah membuat Lyana sedikit lupa tentang kematian yang siap sewaktu-waktu menghampirinya, Sedang asik-asiknya Lyana berlari menikmati indahnya tepian danau tiba-tiba saja Lyana mengeluh,
“aw, kepala ku” Teriak Lyana dengan rasa penuh kesakitan yang menghantam kepalanya.
“Aneh, kamu kenapa? Kalau begitu ayo aku antar ke rumah sakit” tanya Vandy.
“Nggak perlu, aku gak apa-apa Kok, Cuma sedikit pusing saja”, ucap Lyana sambil tersenyum dengan menahan sakitnya.
“Oke, kalau begitu kita pulang saja, aku gak mau kamu kenapa-napa!!” dengan nada bicara Vandy terdengar begitu khawatir pada keadaan Lyana.
Vandy segera mengantarkan Lyana pulang dengan kendaraannya, setelah sampai di depan rumah Lyana, Vandy menggandeng Lyana berjalan agar tidak terjatuh.. . Dirumah yang cukup besar ini Lyana selalu hanya berdua dengan Ibunya, semenjak 8 bulan yang lalu ayah Lyana di terima berkerja di sebuah pertambangan luar kota dan karena terlalu sibuk ia selalu berada di luar kota, dan bisa di katakan Lyana termasuk orang yang berada saat ini.
Di kamarnya yang terkesan sangat elegan, nuansa coklat mendominasi di setiap sudut ruangan, Lyana terduduk lemas di atas ranjangnya,
“Ya Tuhan, berapa lama lagi usiaku di dunia ini?? Berapa lama lagi malaikatmu akan menjemputku untuk menghadapmu?” erang hati Lyana.
Di vonis menderita leukimia sejak 2 bulan lalu dan tidak akan berumur lama lagi sungguh menyakitkan bagi Lyana, usianya yang kini baru 18 tahun, dengan segudang cita-cita yang dia inginkan, sudah pasti tak satupun akan terwujud.
Pintu kamar Lyana tiba-tiba terbuka, seorang wanita cantik paruh baya masuk lalu duduk disampingnya.
“Gimana rasanya sayang? Masih gak enak?? Kita ke dokter sekarang ya?” ujar wanita itu dengan lembutnya.
“nggak usah, bu, Lyana sudah enakan kok, Lyana cuma mau beristirahat aja”, jawab Lyana dengan sopan.
“ya sudah kalau begitu, Ibu tinggal dulu ya, istirahat ya, Nak,” ujar sang ibu sambil mencium kening putri semata wayangnya.
“Makasih bu, aku selalu sayang Ibu,” lirih Lyana berujar dengan senyuman.
Terus terang Lyana sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, tapi dia terus berusaha menyembunyikan itu dari orang tuanya.
Pagi ini Vandy mengajak Lyana kesebuah tepian danau nan indah membuat Lyana sedikit lupa tentang kematian yang siap sewaktu-waktu menghampirinya, Sedang asik-asiknya Lyana berlari menikmati indahnya tepian danau tiba-tiba saja Lyana mengeluh,
“aw, kepala ku” Teriak Lyana dengan rasa penuh kesakitan yang menghantam kepalanya.
“Aneh, kamu kenapa? Kalau begitu ayo aku antar ke rumah sakit” tanya Vandy.
“Nggak perlu, aku gak apa-apa Kok, Cuma sedikit pusing saja”, ucap Lyana sambil tersenyum dengan menahan sakitnya.
“Oke, kalau begitu kita pulang saja, aku gak mau kamu kenapa-napa!!” dengan nada bicara Vandy terdengar begitu khawatir pada keadaan Lyana.
Vandy segera mengantarkan Lyana pulang dengan kendaraannya, setelah sampai di depan rumah Lyana, Vandy menggandeng Lyana berjalan agar tidak terjatuh.. . Dirumah yang cukup besar ini Lyana selalu hanya berdua dengan Ibunya, semenjak 8 bulan yang lalu ayah Lyana di terima berkerja di sebuah pertambangan luar kota dan karena terlalu sibuk ia selalu berada di luar kota, dan bisa di katakan Lyana termasuk orang yang berada saat ini.
Di kamarnya yang terkesan sangat elegan, nuansa coklat mendominasi di setiap sudut ruangan, Lyana terduduk lemas di atas ranjangnya,
“Ya Tuhan, berapa lama lagi usiaku di dunia ini?? Berapa lama lagi malaikatmu akan menjemputku untuk menghadapmu?” erang hati Lyana.
Di vonis menderita leukimia sejak 2 bulan lalu dan tidak akan berumur lama lagi sungguh menyakitkan bagi Lyana, usianya yang kini baru 18 tahun, dengan segudang cita-cita yang dia inginkan, sudah pasti tak satupun akan terwujud.
Pintu kamar Lyana tiba-tiba terbuka, seorang wanita cantik paruh baya masuk lalu duduk disampingnya.
“Gimana rasanya sayang? Masih gak enak?? Kita ke dokter sekarang ya?” ujar wanita itu dengan lembutnya.
“nggak usah, bu, Lyana sudah enakan kok, Lyana cuma mau beristirahat aja”, jawab Lyana dengan sopan.
“ya sudah kalau begitu, Ibu tinggal dulu ya, istirahat ya, Nak,” ujar sang ibu sambil mencium kening putri semata wayangnya.
“Makasih bu, aku selalu sayang Ibu,” lirih Lyana berujar dengan senyuman.
Terus terang Lyana sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, tapi dia terus berusaha menyembunyikan itu dari orang tuanya.
Ternyata
sakit yang dirasakan Lyana pagi itu adalah pertanda Lyana akan segera di
panggil menghadap Tuhan lebih cepat dari perkiraan dokter, saat minta izin
untuk beristirahat pada ibunya, kesehatan Lyana benar-benar drop, dengan panik
Ibu Lyana menghubungi Vandy, dan suaminya ayah dari Lyana untuk segera pulang,
Lyana dilarikan ke rumah sakit, setelah mendapat penanganan oleh tim dokter,
Lyana sedikit terlihat tenang, namun mukanya terlihat pucat, sinar matanya
terlihat begitu redup.
Vandy, dan Ayah dari Lyana datang ke rumah sakit, tampak ibu Lyana duduk meneteskan air mata dan selalu berdoa pada yang esa demi kesembuhan Lyana,
“Maaf, Bapak dan ibuk bisa kita bicara sebentar di ruangan saya.” kata dokter yang bernama Gustomi, yang juga merupakan dokter pribadi keluarga dari Lyana.
“Baiklah dok, “ sambut ayah Lyana.
Setelah ayah dan ibu Lyana duduk di ruangan dokter Gustomi, mereka akhirnya mulai bicara,
“Maaf sebelumnya bapak dan ibuk, selama ini saya telah berkerja semaksimal mungkin demi keselamatan Lyana, tetapi semua usaha saya sia-sia dan belum terlihat perkembangannya sama sekali, dan maaf sebesar-besarnya mungkin nyawa Lyana tidak akan lama lagi dan saat ini hanya doa dan mukzizat tuhanlah yang mampu merubah segalanya.” ujar dokter Gustomi.
Perkataan dokter Gustomi mampu membuat jantung kedua orang tua Lyana berdetak dari biasanya, begitu pula dengan Vandy yang sengaja mengintip di jendela kaca di ruangan dokter Gustomi, karena tak kuat mendengar penderitaan sahabatnya Vandy berlari keluar rumah sakit dan tak sanggup bila harus melihat sahabatnya tersakiti seperti ini.
Kedua orang tua Lyana Memasuki ruangan perawatan, ibu Lyana berusaha menyembunyikan air matanya, dia tersenyum penuh kepedihan di samping ranjang putrinya,
“Ibu, kenapa? Kok sedih begitu?” ujar Lyana.
“Gak apa-apa sayang”, Jawan ibu Lyana dengan nada berbisik tak kuasa menahan air mata.
“Maafkan Lyana, Ibu, Ayah, Lyana tak bermaksud membuat Ayah dan Ibu terluka seperti ini, Lyana hanya tak ingin menyusahkan kalian” Lyana berkata dengan nada terbata-bata.
“Tidak sayang, kamu tidak perlu minta maaf seharusnya ayah dan ibu yang minta maaf pada kamu karena kami jarang memperhatikan kamu, kami selalu sibuk dengan urusan kami.” Jawab Ibu Lyana dengan bergelimpangan air mata dan menciumi tangan Lyana.
Vandy, dan Ayah dari Lyana datang ke rumah sakit, tampak ibu Lyana duduk meneteskan air mata dan selalu berdoa pada yang esa demi kesembuhan Lyana,
“Maaf, Bapak dan ibuk bisa kita bicara sebentar di ruangan saya.” kata dokter yang bernama Gustomi, yang juga merupakan dokter pribadi keluarga dari Lyana.
“Baiklah dok, “ sambut ayah Lyana.
Setelah ayah dan ibu Lyana duduk di ruangan dokter Gustomi, mereka akhirnya mulai bicara,
“Maaf sebelumnya bapak dan ibuk, selama ini saya telah berkerja semaksimal mungkin demi keselamatan Lyana, tetapi semua usaha saya sia-sia dan belum terlihat perkembangannya sama sekali, dan maaf sebesar-besarnya mungkin nyawa Lyana tidak akan lama lagi dan saat ini hanya doa dan mukzizat tuhanlah yang mampu merubah segalanya.” ujar dokter Gustomi.
Perkataan dokter Gustomi mampu membuat jantung kedua orang tua Lyana berdetak dari biasanya, begitu pula dengan Vandy yang sengaja mengintip di jendela kaca di ruangan dokter Gustomi, karena tak kuat mendengar penderitaan sahabatnya Vandy berlari keluar rumah sakit dan tak sanggup bila harus melihat sahabatnya tersakiti seperti ini.
Kedua orang tua Lyana Memasuki ruangan perawatan, ibu Lyana berusaha menyembunyikan air matanya, dia tersenyum penuh kepedihan di samping ranjang putrinya,
“Ibu, kenapa? Kok sedih begitu?” ujar Lyana.
“Gak apa-apa sayang”, Jawan ibu Lyana dengan nada berbisik tak kuasa menahan air mata.
“Maafkan Lyana, Ibu, Ayah, Lyana tak bermaksud membuat Ayah dan Ibu terluka seperti ini, Lyana hanya tak ingin menyusahkan kalian” Lyana berkata dengan nada terbata-bata.
“Tidak sayang, kamu tidak perlu minta maaf seharusnya ayah dan ibu yang minta maaf pada kamu karena kami jarang memperhatikan kamu, kami selalu sibuk dengan urusan kami.” Jawab Ibu Lyana dengan bergelimpangan air mata dan menciumi tangan Lyana.
********
Telah
beberapa hari Lyana berada di rumah sakit ia tak pernah melihat Vandy
sahabatnya datang menjenguknya,
“Bu, apakah ibu telah memberi tahu pada Vandy bahwa Lyana di rawat rumah sakit?” bertanya pada ibunya yang tengah membuatkan makanan untuknya.
“Pada saat kamu dilarikan ke rumah sakit, Vandy datang kemari dan menjenguk kamu tetapi setelah itu ibu tidak pernah melihatnya lagi.. . memangnya kenapa?atau kamu kangen ya sama dia?” jawab Ibu dengan menggodai Lyana.
“Iya sih bu, kenapa ya vandy tak pernah datang menjenguk Lyana!! Bu, kita pulang aja yuk Lyana mau di rawat di rumah aj, Lyana bosan di sini.. .” memohon dengan wajah manjanya,
Kini Lyana telah berada di rumah, Lyana meminta sang Ibu agar menyuruh Vandy datang kerumahnya.
Vandy yang saat itu juga sangat merindukan dan selalu bertanya-tanya tentang keadaan sahabatnya itu datang memenuhi panggilan Ibu Lyana, Lyana sangat senang dan tersenyum menyambut kedatangan sahabatnya itu, Hal yang dulu pernah sekejab hilang kini telah timbul kembali rasa indah, rasa riang, dan rasa bahagia saat mereka bersama.
Tepat di depan rumah Lyana, mereka duduk di sebuah kursi putih panjang di kelilingi berbagai bunga hiyasan sang ibu, Lyana meminta sesuatu pada sahabatnya sebelum akhirnya nanti ia tiada didunia lagi,
“Apabila umurku tak panjang lagi dan kematian sudah di depan mata, aku ingin terakhir kalinya kita berada di tempat kita berjanji dahulu kan bersahabat menyayangi sekarang atau nanti, dengan tambahan seribu cahaya di setiap mataku memandang dan akan aku jadikan momen paling indah dalam memoryku..” berkata dengan senyuman dan penuh hayalan dalam bayang-bayangnya Lyana.
Vandy berjanji satuhal lagi pada Lyana, bahwa akan selalu membahagiakan Lyana dan menuruti setiap perkataan yang terucap dari lisan Lyana, ia juga berkata akan mewujudkan bayangan itu kedalam bentuk nyata dengan kemampuannya.
Kini telah 4 bulan waktu berlalu, tinggal hitungan hari menipis menuju kematian.. .
Vandy terus berusaha berkerja seorang diri mewujudkan janji dan bayangan Lyana sebelum akhirnya.(Persembahan
Terakhir) Telah hampir 4hari berturut Vandy mengerjakan segala sesuatu
seorang diri tanpa istirahat.
Lain dengan Lyana, yang kini tampak baik dari dalam dirinya, kedua orang tua Lyana mencoba memeriksakan penyakit putrinya apakah mulai membaik atau ntahlah. Saat dokter Gustomi memeriksa Lyana ia meneteskan air mata perlahan, Lyana yang melihat dokter Gustomi meneteskan air mata memandang ke arah kedua orang tuanya dan juga meneteskan air mata seakan tak ingin mendengar keputusan dokter nantinya.
“Subhanallah, Inilah mukzizat yang datang dari Allah SWT, penyakit yang selama ini bersarang di tubuh Lyana kini telah sembuh TOTAL!!!” Dokter Gustomi mengucap syukur dan gembira atas apa yang selama ini di perjuangkannya ternyata di bantu oleh Allah SWT,
Lyana merasa gembira dan memeluk kedua orang tuanya dengan rasa senang dan bahagia, Lyana juga mengucapkan banyak terima kasih pada Dokter Gustomi atas semangat dan kerjanya ia dapat terbebas dari penyakit ganas itu.. .
Namun Lyana belum member tah berita ini pada Vandi ia sengaja belum memberitahu tentang kesembuhannya karna ia ingin membuat sebuah kejutan pada sahabatnya itu.
Disaat keesokan harinya datang Lyana berniat untuk pergi mengunjungi Vandy, saat dalam perjalanan Lyana beberapa kali menghubungi Vandy tetapi tak pernah di angkat, Vandy sengaja tak mengangkat telepon dari Lyana karena permintaan Lyana telah selesai di lakukannya pagi ini dan ia berniat malam nanti Lyana melihat sebuah persembahan terakhirnya khusus pada Lyana sahabatnya.
Lyana melihat Vandy sedang berjalan kaki pulang, Lyana lalu berhenti dan memanggil Vandy yang ada di seberang jalan.. Vandy meyebrangi jalan raya yang sering di lalui kendaraan yang melaju dengan cepat karena jalan yang sepi dari pejalan kaki, Karna kurang istirahat Vandy tidak dapat melihat dengan jelas karena silauwan mata hari yang pedih kea rah matanya,, ,
Vandy mengalami kecelakaan hingga mengakibatkannya kehabisan banyak darah, tidak ada stok darah yang tersisa dan cocok dengan darah Vandy termasuk darah Lyana.. . kini berganti cerita Vandy yang tak akan bertahan lama hidup tanpa ada pendonor yang cocok dengannya, tetapi Vandy masih dalam keadaan sadar dan seperti ingin mengatakan sesuatu,
“Hey Aneh, apa kabar? Sekarang bayanganmu telah menjadi nyata, dan nampaknya kini engkau jauh lebih baik dari sebelumnya.” Ucap Vandy dengan nada suara yang kecil dan terbata-bata.
“Maaf tidak memberi tahumu, sebenarnya tuhan masih menginginkan aku hidup lebih lama lagi, dan menyabut penyakitku dengan total.” Jawab Lyana dengan meneteskan air mata.
Vandy menggerakan tangannya dan menghapus air mata yang jatuh dari Lyana.
“Ingat, aku tak akan pernah membiarkan setetespun jatuh dari dirimu.” Menghapus air mata Lyana dengan senyumannya.
Vandy tak dapat bertahan lebih lama lagi dalam kondisi kekurangan banyak darah, kini wajahnya putih pucat, dan Vandy sempat mengucapkan sebuah kalimat pada Lyana.. .
“Now or later, Our friendship will never die.” Vandy telah tiada dengan sebuah kata, “Sekarang atau nanti, Persahabatan kita tidak akan pernah mati”
Setelah kematian Vandy kini hidup Lyana lebih rapuh dari pada saat ia mengidap penyakit Leukimia, ia mengunjungi tepian danau tempat yang di persembahkan oleh Vandy sebagai Persembahan Terakhir untuknya.. .
memang cukup indah malam itu, bagai seribu lampion berbagai warna cahaya menyinari tempat tersebut.. .
tak hanya itu, telah disiapkan sebuah kursi untuk sepasang orang dengan selembar perahu kertas bertuliskan, suatu saat nanti kita akan berlayar bersama membangun perahu kertas di surga tentang arti sahabat kita.
Lyana duduk di kursi yang telah di persiapkan oleh Vandy, dan saat Lyana memandang ke depan tampak seperti ada sebuah asap yang membentuk wajah Vandy dengan sempurna dan menengadahkan jari kelingkingnya ke arah Lyana..
Dengan rasa heran, takut dan bimbang Lyana mengarahkan kelingkingnya ke arah Vandy dengan perlahan seketika wajah itu tersenyum dan hilang terbawa angin,
Lyana terkejut, bangkit dari tempat duduknya dan ia merasakan bahwa tadi itu benar adalah VANDY SAHABATNYA.. .
“Bu, apakah ibu telah memberi tahu pada Vandy bahwa Lyana di rawat rumah sakit?” bertanya pada ibunya yang tengah membuatkan makanan untuknya.
“Pada saat kamu dilarikan ke rumah sakit, Vandy datang kemari dan menjenguk kamu tetapi setelah itu ibu tidak pernah melihatnya lagi.. . memangnya kenapa?atau kamu kangen ya sama dia?” jawab Ibu dengan menggodai Lyana.
“Iya sih bu, kenapa ya vandy tak pernah datang menjenguk Lyana!! Bu, kita pulang aja yuk Lyana mau di rawat di rumah aj, Lyana bosan di sini.. .” memohon dengan wajah manjanya,
Kini Lyana telah berada di rumah, Lyana meminta sang Ibu agar menyuruh Vandy datang kerumahnya.
Vandy yang saat itu juga sangat merindukan dan selalu bertanya-tanya tentang keadaan sahabatnya itu datang memenuhi panggilan Ibu Lyana, Lyana sangat senang dan tersenyum menyambut kedatangan sahabatnya itu, Hal yang dulu pernah sekejab hilang kini telah timbul kembali rasa indah, rasa riang, dan rasa bahagia saat mereka bersama.
Tepat di depan rumah Lyana, mereka duduk di sebuah kursi putih panjang di kelilingi berbagai bunga hiyasan sang ibu, Lyana meminta sesuatu pada sahabatnya sebelum akhirnya nanti ia tiada didunia lagi,
“Apabila umurku tak panjang lagi dan kematian sudah di depan mata, aku ingin terakhir kalinya kita berada di tempat kita berjanji dahulu kan bersahabat menyayangi sekarang atau nanti, dengan tambahan seribu cahaya di setiap mataku memandang dan akan aku jadikan momen paling indah dalam memoryku..” berkata dengan senyuman dan penuh hayalan dalam bayang-bayangnya Lyana.
Vandy berjanji satuhal lagi pada Lyana, bahwa akan selalu membahagiakan Lyana dan menuruti setiap perkataan yang terucap dari lisan Lyana, ia juga berkata akan mewujudkan bayangan itu kedalam bentuk nyata dengan kemampuannya.
Kini telah 4 bulan waktu berlalu, tinggal hitungan hari menipis menuju kematian.. .
Vandy terus berusaha berkerja seorang diri mewujudkan janji dan bayangan Lyana sebelum akhirnya.
Lain dengan Lyana, yang kini tampak baik dari dalam dirinya, kedua orang tua Lyana mencoba memeriksakan penyakit putrinya apakah mulai membaik atau ntahlah. Saat dokter Gustomi memeriksa Lyana ia meneteskan air mata perlahan, Lyana yang melihat dokter Gustomi meneteskan air mata memandang ke arah kedua orang tuanya dan juga meneteskan air mata seakan tak ingin mendengar keputusan dokter nantinya.
“Subhanallah, Inilah mukzizat yang datang dari Allah SWT, penyakit yang selama ini bersarang di tubuh Lyana kini telah sembuh TOTAL!!!” Dokter Gustomi mengucap syukur dan gembira atas apa yang selama ini di perjuangkannya ternyata di bantu oleh Allah SWT,
Lyana merasa gembira dan memeluk kedua orang tuanya dengan rasa senang dan bahagia, Lyana juga mengucapkan banyak terima kasih pada Dokter Gustomi atas semangat dan kerjanya ia dapat terbebas dari penyakit ganas itu.. .
Namun Lyana belum member tah berita ini pada Vandi ia sengaja belum memberitahu tentang kesembuhannya karna ia ingin membuat sebuah kejutan pada sahabatnya itu.
Disaat keesokan harinya datang Lyana berniat untuk pergi mengunjungi Vandy, saat dalam perjalanan Lyana beberapa kali menghubungi Vandy tetapi tak pernah di angkat, Vandy sengaja tak mengangkat telepon dari Lyana karena permintaan Lyana telah selesai di lakukannya pagi ini dan ia berniat malam nanti Lyana melihat sebuah persembahan terakhirnya khusus pada Lyana sahabatnya.
Lyana melihat Vandy sedang berjalan kaki pulang, Lyana lalu berhenti dan memanggil Vandy yang ada di seberang jalan.. Vandy meyebrangi jalan raya yang sering di lalui kendaraan yang melaju dengan cepat karena jalan yang sepi dari pejalan kaki, Karna kurang istirahat Vandy tidak dapat melihat dengan jelas karena silauwan mata hari yang pedih kea rah matanya,, ,
Vandy mengalami kecelakaan hingga mengakibatkannya kehabisan banyak darah, tidak ada stok darah yang tersisa dan cocok dengan darah Vandy termasuk darah Lyana.. . kini berganti cerita Vandy yang tak akan bertahan lama hidup tanpa ada pendonor yang cocok dengannya, tetapi Vandy masih dalam keadaan sadar dan seperti ingin mengatakan sesuatu,
“Hey Aneh, apa kabar? Sekarang bayanganmu telah menjadi nyata, dan nampaknya kini engkau jauh lebih baik dari sebelumnya.” Ucap Vandy dengan nada suara yang kecil dan terbata-bata.
“Maaf tidak memberi tahumu, sebenarnya tuhan masih menginginkan aku hidup lebih lama lagi, dan menyabut penyakitku dengan total.” Jawab Lyana dengan meneteskan air mata.
Vandy menggerakan tangannya dan menghapus air mata yang jatuh dari Lyana.
“Ingat, aku tak akan pernah membiarkan setetespun jatuh dari dirimu.” Menghapus air mata Lyana dengan senyumannya.
Vandy tak dapat bertahan lebih lama lagi dalam kondisi kekurangan banyak darah, kini wajahnya putih pucat, dan Vandy sempat mengucapkan sebuah kalimat pada Lyana.. .
“Now or later, Our friendship will never die.” Vandy telah tiada dengan sebuah kata, “Sekarang atau nanti, Persahabatan kita tidak akan pernah mati”
Setelah kematian Vandy kini hidup Lyana lebih rapuh dari pada saat ia mengidap penyakit Leukimia, ia mengunjungi tepian danau tempat yang di persembahkan oleh Vandy sebagai Persembahan Terakhir untuknya.. .
memang cukup indah malam itu, bagai seribu lampion berbagai warna cahaya menyinari tempat tersebut.. .
tak hanya itu, telah disiapkan sebuah kursi untuk sepasang orang dengan selembar perahu kertas bertuliskan, suatu saat nanti kita akan berlayar bersama membangun perahu kertas di surga tentang arti sahabat kita.
Lyana duduk di kursi yang telah di persiapkan oleh Vandy, dan saat Lyana memandang ke depan tampak seperti ada sebuah asap yang membentuk wajah Vandy dengan sempurna dan menengadahkan jari kelingkingnya ke arah Lyana..
Dengan rasa heran, takut dan bimbang Lyana mengarahkan kelingkingnya ke arah Vandy dengan perlahan seketika wajah itu tersenyum dan hilang terbawa angin,
Lyana terkejut, bangkit dari tempat duduknya dan ia merasakan bahwa tadi itu benar adalah VANDY SAHABATNYA.. .
********
Note: Now
or Later, ingatlah dengan usaha dan doa pastilah apa yang
kita impikan akan selalu terjawab oleh Allah SWT, tetapi, terkadang apa yang
kita harapkan itu tak akan sesempurna yang kita inginkan. Tapi terwujud.
Detik kepergian Vandy – Now
or Later
Aku hidup bukan untuk menunggu cintamu.
Sulitku terima semua keputusan itu.
Yang kini hilang tersapu angin senja.
Masih sulit pula untuk ku lupakan.
Suram dan seram jika ku ingat kembali.
Mungkin harus ku biarkan semua kenangan itu,
agar abadi oleh sang waktu.
Sulitku terima semua keputusan itu.
Yang kini hilang tersapu angin senja.
Masih sulit pula untuk ku lupakan.
Suram dan seram jika ku ingat kembali.
Mungkin harus ku biarkan semua kenangan itu,
agar abadi oleh sang waktu.
Love Is War, Cinta adalah Perang,
Gampang dimulai dan Sulit diakhiri.
Cerita ini bermula dari sebuah pertemuan yang menyenangkan disekolah. Kebiasaan-kebiasaan ramah, saling bertatap wajah. Bercanda gurau habiskan masa-masa sekolah (dari tk, sd, smp, sampai smk) penuh suka, penuh gembira. Hingga akhirnya tercipta sebuah rasa yang dinamakan Persahabatan dengan cinta.
Cerita ini bermula dari sebuah pertemuan yang menyenangkan disekolah. Kebiasaan-kebiasaan ramah, saling bertatap wajah. Bercanda gurau habiskan masa-masa sekolah (dari tk, sd, smp, sampai smk) penuh suka, penuh gembira. Hingga akhirnya tercipta sebuah rasa yang dinamakan Persahabatan dengan cinta.
********
Tak terasa masa-masa sekolah akan berakhir didepan mata sesaat lagi. Masa muda yang penuh cita siap menantang dunia berupaya mengubah jalan cerita di hidupnya. Kemudian ada sayang yang merangkul rasa menemani ceria yang sebentar lagi akan berbalut luka. Karna akan berpisah selamanya.
Begini ceritanya, Cerita ini adalah sisi belakang dari Cerpen Persembahan Terakhir.
Lyana dan Vandy, sejak masih bersekolah dulu sampai Vandy menutup mata selalu bersama. Alasan apapun tak pernah membuat mereka berpisah. Tak pula mereka hanya sahabat saja, melainkan sejoli yang tangguh dan kokoh dalam setiap janjinya.
Meski Lyana tak bisa bersama-sama lagi dengan Vandy. Hal itu tak membuatnya goyah ataupun menyerah mencintai dan menyayangi sahabatnya itu. Hanya saja, Lyana tak kuasa menahan airmatanya manakala Vandy telah pergi dari dunia ini dan tak akan pernah kembali.
Tepian danau, yang menjadi sebuah Persembahan terakhir untuk Lyana dari Vandy akan jadi saksi janji persahabatan mereka yang setia. Tempat favorit yang sering mereka kunjungi untuk mengusir segala penat dulunya, dan saling bercerita satu sama lain, belajar bersama, menikmati indahnya langit dikala senja, dan sebuah tempat yang penuh akan kenagan manis mereka.
Itu semua akan jadi kenangan yang kemudian akan segera pudar sebagaimana tinta hitam yang melekat pada kertas putih kemudian terkena air lalu memudar dan akhirnya menghilang.
********
Ada pula rasa
sayang yang coba memaksa, datang menghantui Lyana, memburamkan pandangannya
agar Vandy menghilang dari hatinya. Lantas rasa sayang itu tak kuat merasuk ke
hatinya hingga hilang dan berlalu begitu saja. Vandy lah pemilik hati Lyana
seutuhnya. Hingga tak ada celah yang tersisa.
Tak sedikit air mata Lyana yang tertumpah untuk Vandy, manakala melihat tempat yang sering mereka lalui berdua hanya akan jadi kenangan semata.
Tak sedikit air mata Lyana yang tertumpah untuk Vandy, manakala melihat tempat yang sering mereka lalui berdua hanya akan jadi kenangan semata.
Tak banyak yang bisa dilakukan Lyana untuk Vandy yang waktunya tiada yang tahu, karena dokter mengatakan Vandy tak akan bertahan lama jikalau belum mendapatkan donor darah dalam waktu satu jam.
“Hey aNeh kenapa menangis?.”
“Aku hanya bahagia pernah berdampingan denganmu. Airmata ini sepertinya tulus keluar dari mataku,” Vandy hanya tersenyum agar Lyana tak mengkhawatirkan perasaannya.
Lyana hanya menangis. Sambil menggenggam tangan Vandy yang berbaring lemah kehabisan darah dikala itu.
“Hanya ada satu jam waktuku bersamamu, lalu apa yang kamu inginkan dariku? Apa aku harus melompat dari gedung tertinggi itu,” ujar Lyana menunjuk kearah luar kamar rumah sakit, “Atau kamu mau aku menunggumu kembali?. Dengan rasa amarah dan kesediannya menatap Vandy.
Airmata mulai meleleh dari mata Vandy. “Sudah saatnya rasamu diperbarui!!! Hari ini kurasa sayangmu selama ini padaku sudah sampai dibatas akhir.”
“Kalaupun kudapatkan kesempatan itu. Aku hanya ingin memperbarui cintaku dengan orang yang sama bukan dengan yang baru.”
“Bagaimana jika orang yang sama itu tiba-tiba menghilang?” Dengan nada suara pelan dan terbata-bata.
“Aku rasa hidupku akan hancur tanpamu!!!, aku akan tetap menyayangimu dan selalu menjadi sahabat terindah dalam hidupku sampai kapanpun. Seperti ini, iya benar-benar seperti ini.”
Vandy menangis tanpa suara yang ada senyum di bibirnya, dan seketika mata Vandy mulai tertutup.
“TIDAAKKK, JANGAN TUTUP MATAMU BINGAL???”
Vandy kini menutup matanya dan telah pergi meninggalkan sahabat tersayangnya tanpa mengucapkan selamat tinggal.
Berharap suatu saat nanti Tuhan mempertemukan mereka, dan Tuhan izinkan bersama. Jika Tuhan tidak mentakdirkan mereka bersama lagi biarlah perasaan itu menjadi sebuah kenangan terindah masa-masa kita yang tak akan terlupakan bagiku hingga akhir nanti.
********
Note: Sesuatu yang telah pergi jauh meninggalkanmu,
janganlah di jadikan cambuk untukmu, simpanlah masa kenangan itu di tempat
terindah di dirimu dan janganlah dibuka lagi bila hanya membuat air mata.
Cinta Dalam Diam Sosok Dya..
Dya..
Wanita misterius yang selalu tampil rapih di depanku… Misterius? Ya.. Aku tak pernah bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya.. Selalu.. Dari dulu.. Awal mengenalnya.. Sebenarnya Dya orang yang sangat menyenangkan, “Dya bisa menjadi orang yang lebih gila dari biasanya ketika kamu menggila bersamanya..” Begitulah kata temannya..
Wanita misterius yang selalu tampil rapih di depanku… Misterius? Ya.. Aku tak pernah bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya.. Selalu.. Dari dulu.. Awal mengenalnya.. Sebenarnya Dya orang yang sangat menyenangkan, “Dya bisa menjadi orang yang lebih gila dari biasanya ketika kamu menggila bersamanya..” Begitulah kata temannya..
Dya..
Seperti memiliki dua kepribadian, kadang terasa amat dingin kadang terasa sangat hangat. Tapi, dalam keadaan apapun Dya selalu membuatku salah tingkah, bingung, membuat pipiku sakit karena terlalu banyak tertawa bersamanya, membuatku gemetaran, dan jantungku berdetak lebih cepat.. Sejak awal kami bertemu, bahkan dari awal kami berkenalan.. Berlebihan memang, tapi itulah yang ku rasakan.. Mungkinkah aku mulai menyukainya? Yes, aku menyukainya dengan sangat jelas.. Ku rasa itu tak salah, Dya kan tak ada yang punya …
Seperti memiliki dua kepribadian, kadang terasa amat dingin kadang terasa sangat hangat. Tapi, dalam keadaan apapun Dya selalu membuatku salah tingkah, bingung, membuat pipiku sakit karena terlalu banyak tertawa bersamanya, membuatku gemetaran, dan jantungku berdetak lebih cepat.. Sejak awal kami bertemu, bahkan dari awal kami berkenalan.. Berlebihan memang, tapi itulah yang ku rasakan.. Mungkinkah aku mulai menyukainya? Yes, aku menyukainya dengan sangat jelas.. Ku rasa itu tak salah, Dya kan tak ada yang punya …
Aku ingat, waktu itu aku bertanya padanya, “Kenapa kau
tak mencari pacar yang baru?”. Dya bilang, itu karena Dya belum ingin pacaran
dan lebih focus untuk sekolah dulu, mungkin itu terlalu dibuat-buat.
Lalu Dya dan aku.. Kadang bercanda, saling meledek..
Aku memanggilnya “Aneh” sejak pertemuan pertama kami dulu, dan Dya memanggilku
“bingaL”, Dya bilang itu panggilan pantas untukku.. Menyebalkan memang, tapi
sejujurnya aku amat menyukai panggilan itu ketimbang saat Dya memanggil namaku
saja. Terkadang Dya memanggilku “Sayang”, dan aku yang tak pernah suka..
Munafik bukan? Mungkin karena aku terlalu takut Dya beri harapan palsu.. Atau
aku yang terlalu peka ya? Entahlah…
Hari itu, aku memberanikan diri memintanya menjadi
sahabatku.. Dan Dya menyanggupinya.. Bagiku itu sudah cukup, bukankah terlalu
cepat jika aku mengungkapkan perasaanku dan meminta lebih? …
Kalian tahu? Waktu itu aku menanyakan kebingunganku,
soal perasaanku yang berbeda saat bertemu dengannya.. Orang yang baru saja ku
kenal.. Rasanya itu hanya berjalan semenit atau mungkin dua menit, begitu
singkat ‘kan? Tapi grogi-ku berjalan sebelum dan setelah aku bertemu dengannya..
Bahkan saat itu, aku takut Dya mendengar degup jantungku yang begitu cepat dan
keras, aku takut Dya merasakan tanganku yang dingin dan bergetar saat
berjabatan dengan tangannya, dan aku takut Dya menyadari betapa aneh wajahku
yang terasa panas dingin karena tak bisa lama menatapnya… Mungkin Dya tau
benar, Dya bilang, “Mungkin kamu menyukaiku..” Aku tak berani mengatakan
“Memang”. Aku hanya mengekspresikan rasa tak percayaku dan Dya hanya tertawa…
Ku rasa saat itu kami sudah cukup dekat? Aku selalu
memperhatikannya, perhatian yang lebih untuknya.. Dya biasa saja ya? Sepertinya
aku terlalu banyak berharap padanya ya? Hari ku butuh Dya untuk bercerita
tentang kabar kalau ada seorang gadis yang menyatakan cinta padaku, gadis it
uterus bertannya apa jawabanku seakan memaksaku untuk menerimah anugrah
darinya, aku bingung.. tapi Dya entah dimana, sibuk dengan kegiatannya
sendiri.. Aku menerimanya begitu saja, mungkin Dya tak tau atau memang tak mau
tau.. Aku mencoba melupakan perasaanku padamu, perasaan yang tak seharusnya
ada, perasaan yang lebih padamu, sahabatku sendiri…
Aku menyibukkan diriku dengan pacar baruku.. Sedangkan
dengan Dya hanya sesekali berhubungan lewat pesan singkat ataupun hanya di
sekolah saja.. Sepertinya Dya masih belum tau ya statusku saat ini.. Aku
mengalihkan semua perhatianku yang tadinya untuk Dya kini kepada gadisku,
bukankah itu wajar? dia pacarku.. Aku menceritakan semua masalahku dan hidupku
bukan pada Dya lagi tapi kepada gadisku atau dengan buku diary yang ku bawa
kemanapun.. Kau Dya kini menghilang entah kemana…
Hubunganku dengan Dya semakin memburuk, dan aku tak
mau ambil pusing. Ku coba tuk berpikir positif.. “Hei Aneh, sepertinya kau
mulai tau kami ya? Dan kau mulai tak pernah memberi “jempol” di setiap statusku..
Tak seperti biasanya.. Kau mengabaikannya, cukup lama.. Hingga aku merindukan
kegiatan harianmu itu”…
Akhirnya aku putus dengan gadis.. Dan sedangkan Dya
tak tau, aku juga tak memberi taunya, untuk apa? Lihat Dya masih tetap dingin..
Dya masih kesal padaku barangkali.. Aku sendirian.. Tanpanya.. Aku mencoba
menghubunginya, benar saja Dya terlihat kesal padaku. Dya bilang, aku seperti
angin yang berubah arahnya, dan dya tak menyukai itu.. Aku merasa bersalah
padanya, aku berjanji memperbaikinya… Dya menunggu itu semua..
Waktu itu kami bertemu secara sengaja.. Ini kali kedua
aku melihatnya, aku menemuimu dirumahnya.. Aku malah bersikap aneh, salah
tingkah di depannya, dan tanpa sadar aku langsung pergi tanpa sepata kata… Aku
merasa bodoh dan amat menyesal.. Aku meminta maaf padanya ketika Dya sampai
dirumah, Dya memaafkanku dan mencoba mengerti sikap anehku tadi…
Dya sempat memajang fotonya dengan lelaki sebagai foto
profilnya, Dya bilang itu temannya. Entahlah, aku tak menyukai hal itu walaupun
itu haknya. Mungkin aku cemburu, aku kesal saat itu. Tapi aku tak
mengatakannya, aku hanya sahabatnya.. Sahabat yang menyukainya.. Setelah putus dan
semenjak aku berjanji padanya, aku hanya fokus padanya, berusaha selalu ada
untuknya.. Dan Dya masih belum tau statusku ya?
Beberapa hari setelah pertemuan kedua, Dya datang
tiba-tiba. Kami memang sudah merencanakannya sejak lama, tapi aku tak tau Dya
akan datang hari itu juga bersama temannya... Sejujurnya aku masih kaget dan
mencoba mengatur perasaanku selama dengannya.. Sesekali aku mencuri pandang
padanya, tersenyum melihatnya, dan
sesegera mungkin mengalihkan pandanganku ketika Dya menangkap mataku.. Sungguh
tak karuan, senyum yang katanya begitu mahal.. Aku menyukainya…
Aku bertanya banyak, rasa ingin tau yang besar..
Entahlah, aku agak kecewa.. Tapi lagi-lagi itu haknya bukan? Aku bercerita
padanya soal perasaan sukaku pada seseorang, tanpa memberitahunya bahwa dyalah
orangnya… Dya tau aku telah lama putus dengan pacarku.. Basa-basi ku tanyakan
padanya tentang lelaki yang Dya sukai, dengan cuek Dya bilang, “Sudah tidak
menyukainya, mengenal saja tidak, sudah jangan dibahas…”
Aku menurutinya, bagiku jawaban itu sudah memuaskan
hatiku.. Apa kemarin Dya menipuku ya? Tak tau lah.. Dya balik bertanya soal orang
yang ku sukai, ku bilang aku takkan memperjuangkannya lebih jauh karena tak mau
merusak persahabatan kami.. Dya bertanya, “Apakah aku orangnya?”.
Aku diam, tak lekas menjawab, aku takut salah langkah,
aku tak mau Dya mengetahuinya, aku mengabaikan pertanyaannya, itu malah
membuatnya kesal dan marah… Dya tau aku tak pernah mau bermusuhan dengannya,
maka aku mengungkapkan perasaan sukaku padanya, secara tulus, tanpa meminta
apapun.. Dan Dya hanya diam… Mendiamkanku selama seharian, membuatku bingung
hingga mengirimkan banyak pesan berinti “maaf” padamu… Namun kau masih terdiam…
“Aku harus
pergi.. Bukan meninggalkanmu… Tapi hanya terlepas darimu… Jika kamu yakin
akanku, maka memang inilah cara yang terbaik untuk dijalankan…”
Aku tak habis pikir akhirnya kau benar-benar
mengatakannya. Sejujurnya aku senang walaupun sebelumnya aku kesal padamu. Aku
bingung, haruskah aku mengatakannya? Menyebalkan memang aku terlalu banyak
berpikir, susah mengatakan memang. Dan sifatku yang dingin padamu,bukan
maksudku menguji kesabaranmu.. Aku sangat senang kau peduli padaku, peduli pada
keadaanku, dan kalimat-kalimat semangat darimu yang berharga bagiku namun tak
pernah ku balaskan. Kau sangat sabar menghadapiku, sangat tulus padaku.. Aku
hanya merasa belum menemukan waktu yang tepat dan aku takut sikapku nantinya
hanya akan membuatmu hancur untuk yang kesekian kali dan hubungan kita pun
begitu.. Aku tak pernah mau menyakitimu..
Aku memikirkan cara yang tepat agar bisa “nyambung”
denganmu.. Kau saat itu sedang asyik berlatih memainkan pianika birumu itu,
Senja itu aku berencana menemuimu, aku ingin tau
seperti apa kau. Mendadak memang, tapi biarlah.. Kau menyanggupinya walau
bilang, “sebentar saja..” Tak apalah, yang penting kita sudah bertemu.. Aku
menunggumu diluar.. Dan kamu, diam membisu di depan pintu rumahmu, mengapa tak
menyapaku? Aku melihatmu, menghampirimu, menatapmu, dan kemudian mengulurkan
tanganku.. Kau diam, tertunduk, kau terlihat amat gelisah, tanganmu dingin dan
bergetar.. Lucu sekali kau..
Wajahmu dan pipimu terlihat amat konyol..Aku tak
hentinya tersenyum melihatmu.. Sejenak kita berbasa-basi, mungkin satu atau dua
menit, kemudian aku pamit pulang padamu. Kau memanggilku, ku pikir kau akan
menahanku ternyata hanya mengatakan “Apakah kau akan pulang tanpa mengucapkan
sampai jumpa?”.. Kau benar-benar konyol.. Sejak saat itu aku memanggilmu “Aneh”
sebagai panggilan sayang untukmu dan kau memanggilku “bingaL”, sesukamulah…
Kau tau, aku agak terkejut saat kau menceritakan
tentang mantanmu. Lalu kau menjelaskannya, menceritakan semua masalahnya dan
meminta pendapatku. Aku heran, bagaimana bisa kau berpacaran dengan lelaki
seperti itu? Ceroboh sekali.. Lebih cepat kau sudahi hubunganmu dengannya lebih
baik..
Kau itu memang benar-benar bodoh atau hanya
berpura-pura bodoh ya? Kau selalu tak dapat menangkap dengan cepat semua tanda
yang ku berikan. Lambat sekali, menyebalkan.. Semua itu, panggilan sayang,
sikapku, dan apapun yang ku lakukan apa tak membuatmu mengerti ya? Aku mulai
menyayangimu apa kau tak menyadarinya ya? Kau malah memintaku menjadi
sahabatmu, yang benar saja. Apa cuma itu yang kau inginkan? Cuma menjadi
sahabatmu? Ah sudahlah, mungkin lebih baik aku mencoba mengertimu.. dengan
status ini pun aku tetap bisa mempunyai alasan untuk tetap dekat denganmu, orang
yang mulai ku sayangi.. Atau malah mulai ku cintai? Entahlah..
Hei Aneh, sepertinya kau menyukaiku ya? Dari ceritamu
itu, aku tau kau sepertinya ada rasa denganku.. Kalau mantanmu itu hanya
membuatmu tak nyaman, lalu membuatmu takut saat kau bersamanya tapi saat kau
bersamaku kau malah terlihat grogi, salah tingkah, mungkin juga keringat
dingin, sepertinya kau berhasil jatuh cinta padaku pada pandangan pertama.. Ah
mungkin bukan pada pandangan karena kau bahkan tak sanggup memandangku ‘kan?
Bahkan pertemuan kedua kita, dengan wajah dan sikapmu yang masih sama
konyolnya, kau sangat bodoh.. Ah kau memang sangat aneh, sebenarnya kau
menyukaiku atau membenciku sih?
Kau kemana? Jarang sekali memghubungiku.. Aku
menunggumu tau, dasar menyebalkan.. Apa kau sudah tak peduli padaku ya? Kau itu
lama-lama terlihat seperti angin dengan arah yang berubah-ubah. Aku tak
menyukai itu, yang jelas aku merindukan saat kau menjadi udara disekitarku,
udara yang ku butuhkan untuk tetap hidup dan bermimpi..
********
Ehm, kau melirikku ya? Kau lucu sekali, berapa kali
lagi kau mau melakukannya? Aku tak melihatnya langsung, tapi aku bisa
merasakannya tau.. Dan jangan berpura-pura tidak sedang melihatku dengan cara
mengalihkan pandanganmu itu.. Kau itu satu-satunya gadis terkonyol yang pernah
ku kenal dan gadis yang mungkin tak bisa berpura-pura.. Aku semakin yakin kau
memang menaruh hati padaku..
Aku senang kau mutar-mutar malam itu, saat yang tepat
untuk banyak bicara denganmu walaupun tak melihatmu langsung.., padahal aku
tidak mengatakannya bahkan saat kau ngotot aku sudah membohongimu.. Ah
barangkali aku memang tak pandai berbohong, aku hanya pandai.. Pandai
menyembunyikan perasaanku, terutama yang tertuju padamu..
Lagu yang ku nyanyikan, ini sebenarnya sesuai
kemauanmu, lagu yang mengungkapkan perasaanku, perasaanku padamu.. Bukan karena
memang aku telah menghapalnya atau karena lagu ini paling mudah untuk ku
ucapkan.. Tapi aku tak mungkin mengatakannya bukan? Setauku kau masih mempunyai
pacar..
Hmm, kau sangat ingin tau perasaanku dan semua
tentangku ya? Biarlah, mungkin pertanyaanmu itu akan membuatku tau bagaimana
perasaanmu.. Ku bilang, “Aku menyukai seseorang yang telah memiliki pacar..”
Aku tak memberitau bahwa kamulah orangnya.. Dan kau bilang, kau menyukai
seseorang sejak lama, siapakah? Apa dia pacarmu? Aku tak mungkin menanyakannya,
biar saja waktu yang nantinya menjawab..
Sejak kapan kau putus dengan pacarmu? Kenapa aku tak
tau? Apa kau tak menganggapku sahabatmu ya hingga kau tak menceritakannya
padaku? Terserahlah, yang penting kau sudah tak punya pacar.. Jadi kau bisa
kembali menjadi udara di sekitarku lagi ‘kan? Sahabat yang menyukaimu
diam-diam..
Kau kembali menanyakan soal wanita yang ku sukai.. Aku
tak mau merusak moment kembalinya “kita” aku menjawabnya seadanya, ku
bilang aku tak mengenalnya.. Agak aneh memang, tapi memang aku tak mengenalmu
saat kau jauh dari sisiku dan bersamanya.. Dan tentang orang yang kau sukai
sejak lama itu, kau tak mau memperjuangkannya? Kau bilang tak mau merusak
persahabatanmu dengannya.. Memang ada berapa sahabat pria yang kau miliki sih?
Aku penasaran dan bertanya,
“Apakah aku
orangnya?” Aku benar-benar penasaran karenanya, tapi kau malah mengalihkan
topik pembicaraan kita, menyebalkan.. Dan akhirnya kau bilang memang akulah
orangnya, kau memang menyukaiku.. Jujur aku senang perasaanku terbalas, tapi
bagaimana langkah kita selanjutnya?
Mengertilah, aku tak mau kehilanganmu jika suatu saat
kita memang bersama dalam satu ikatan cinta yang masih rapuh dan malah membuat
kita terpisah.. Aku ingin kita tentram.. Begini hingga akhirnya takdir yang
menyatukan kita.. Biarlah sekarang ku sembunyikan perasaanku, mengalahkan egoku
untuk bersamamu saat ini saja.. kau pernah bilang,
“Bersama
selamanya, sekarang atau nanti..”
Dan aku akan menunggumu, hingga cinta menciptakan
sesuatu yang abadi di antara kita hingga tak perlu ada lagi yang
dihancurkannya.. Maafkan aku, perasaanku, dan caraku yang mungkin melukai kita.
********
Note: Cinta dan rasa sayang sesungguhnya akan datang dengan
proses yang lama, karna itulah cinta. Jika rasa cinta dan suka datang dengan
amat cepat maka itulah nafsu semata.