Posted by : Unknown
Selasa, 14 Januari 2014
Janji
kebersamaan kita yang tak akan pernah pupus terlekang oleh waktu. Kini kau
telah tenang disana sayang, menanti kehadiranmu kembali untuk melanjutkan
cerita kita dulu. Tuhan punya cara untuk mengindahkan kisah kita dulu. Janji
yang pernah kita sematkan saat kebahagian sedang membasuh kita. Janji dariku “menyayangimu
sekarang atau nanti”, dan untuk hubungan kita.
Dulu..
Dulu
aku selalu berbahagia denganmu, menunggumu berjam-jam biasa bagiku, tak
berjumpa selama kita berjauhan. Tak pernah mulut ini rela untuk menegurmu
padahal begitu lamanya aku dibawah terik matahari yang usang hanya untuk
menunggu bertemu denganmu.
Tak
pernah sedikit pun kita bertengkar, berbicara angan kita untuk selalu bersama.
Padahal 4 bulan sudah kita bersama, kau tetap selalu menjadi yang pertama.
Cita-cita kita dulu saat kita masih bersama adalah “Mendapatkan
Kebahagiaan Yang Layak Untuk Kita”.
Duduk
bersama di sebuah lapangan tandus melepas rindu sambil bercengkrama,
mengistirahatkan otak kita sambil bertukar pikiran ilmu yang kita temukan di
sekolah masing-masing itu hal yang selalu kita lakukan hampir setiap hari.
Menyambangi rumahmu yang saat itu semakin jauh karena kepindahanku dari daerah
kita dulu ke kotaku yang baru tetapi tak menjadi penghalang bagiku untuk selalu
menjadi ojek sepeda gratis tumpanganmu.
Kala
aku pulang malam karena habis mengajarimu soal bahasa yang sungguh susahnya
masuk dalam pikiranmu tak mampu hentikan kebiasaan kita. Apalagi saat celotehan
mamamu kala kita pulang terlambat saat hujan menyerbu dan menghentikan
perjalanan kita untuk berteduh karena aku tak pernah ingin kau sakit. Betapa
bodohnya aku kalau kau sakit karena tetesan air hujan itu.
Meski
mamamu sering bilang “Jangan
menemuimu” tak membuatku berhenti untuk selalu bersamamu. Aku memang
telah ditinggal oleh sosok bidadari dalam diriku yaitu mama, makanya aku selalu
menghormati ribuan mama di dunia ini dan menganggap mamamu adalah mamaku. Kau
selalu bersedih kalau mamamu memarahiku, tapi aku selalu senang dan semakin
sayang pada mamamu karena bagiku ini perhatian yang diberikannya untukku.
Memang
malang sekali nasibku hanya numpang mama darimu, tapi itulah yang membuatmu
senang menceritakan tentangku pada mamamu. Aku ingat kala itu mamamu senang
mendengar bahwa aku sekolah sambil kerja, itu yang membuatnya menerima dan merestui
hubungan kita. Kekokohan mamamu dulu telah kulunakan saat berita perjuanganku
untuk melanjutkan hidup telah didengarnya.
Kita
pernah pergi kesana, ke sebuah taman kota saat liburan sekolah, pemandangan
yang berarti diselimuti ribuan daun hijau, kita bersenang-senang disana.
Meskipun malamnya aku harus menunggumu tertidur dikala semua mata harus
terpejam apalagi kalau kau tak bisa tidur karena kangen rumah.
Kau
pasti ingat, sore itu matahari yang berwarna orange keemasan, kita
pernah berjanji, berjanji untuk selalu berbahagia. Janji kita saat itu adalah “Kita Tak sehidup semati, karena Tuhan
menciptakan kita untuk berbahagia. Jika salah satu diantara kita ada yang
pergi, pergi mendahulukan keadaan, salah satu diantara kita tak boleh ada yang
meneteskan air mata apalagi sampai meraung-raung untuk menghentikan keadaan,
yang ditinggalkan haruslah melanjutkan kebahagiaan yang telah ditetapkan Tuhan.
Dengan mencari pengganti dari yang pergi”.
Janji
itu kita sematkan diantara bergantinya masa diiringi kepergian matahari dari
pelupuk mata. Kupikir itu hanya guyonan diantara candaan kita, sebenarnya itu
hanya ledekan apakah sanggup dia kutinggalkan karena yang kutahu dia salalu
menolak untuk kutinggalkan. Sungguh itu ledekan dan candaan yang terindah
untukku.
Ternyata
apa? Semua nyata saat aku tengah tak bersamamu kau malah pergi mengingkari
janji kita? Kau didiagnosa memiliki penyakit kritis. Hampir tiap menit aku
buang butiran-butiran air mata hanya untuk menangisimu kau jawab kau tak
apa-apa, hanya saja dalamnya ginjalmu menahan ketakutan untuk tak bernyawa lagi
dan meninggalkan senyummu. Ku kira saat itu kau akan langsung meninggalkanku,
kau berpesan padaku untuk mengingat janji kita di bawah matahari yang terbenam
sore itu. Dan kau pergi tanpa ingat untuk mengucapkan selamat tinggal padaku
yang sedari tadi berdiri menantap
panjangnya jalan. Sekarang lihat aku Mutia Gita Kartika, sesuai janji kita dengan mencari pengganti kita yang pergi,
ya, sekarang aku menemukan penggantimu, bahkan bukan pengganti tapi aku
merasakan kau hidup dalam dirinya Mellyana Wahyu Dianistika. Cantik anggun tapi
konyol.. gadis ini yang kusebut sebagai kamu.
********
Note: Allah akan mempertemukan kita
dengan orang yang salah sebelum akhirnya kita di pertemukan dengan orang yang
benar, Yang pergi, yang Kembali, Cerpen ini bermaksud ketika
orang yang kita sayangi telah pergi jauh maka janganlah terlalu bersedih tapi
yakinlah Allah pasti akan mempertemukan kita pada orang yang jauh lebih baik.