Blog One
Asap Riau
  • MR Zufama
Posted by : Unknown Senin, 23 September 2013


     Persahabatan bukan hanya sekedar kata,

yang ditulis pada sehelai kertas tak bermakna,
tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan suci,
yang ditoreh diatas dua hati,
ditulis dengan tinta kasih sayang,
dan suatu saat akan dihapus dengan tetesan darah dan mungkin nyawa.

     Siapa bilang manusia hanya bisa menanti keputusan dari yang kuasa? kita memiliki sebuah      keinginan dan harapan, pasti, setiap keinginan dan harapan itu pasti akan terwujud dan terjadi namun kadang tak sesempurna yang kita bayangkan.. . Mungkin tidak masuk akal dengan masalah cinta, Coba lihat, kita selalu menganggap semua takdir, disitulah awal cinta bermakna, sedikit mengupas masalah cinta dan rasa antara anak adam dan hawa yang terbungkus dalam suatu ikatan janji kelingking.




********


   Kini telah hampir setahun persahabatan antara Vandy dan Lyana berjalan semenjak kelas X di salah satu sekolah Yayasan pusat kota, awalnya mungkin pertemanan biasa yang kadang acuh tak acuh pada satu sama lain.. . Semua mulai berubah saat Vandy mulai mengenal Lyana di jejaring sosialnya, bercerita antara satu kisah hingga kisah yang lainnya.
Dan juga sebuah coklat dengan bungkus merah yang menjadi kesukaan Lyana dan di berikannya pada Vandy karena malu dilihat orang lain, Lyana memasukan ke dalam tas yang kala itu sandang oleh Vandy. Detik berdetak berganti waktu hingga seperti sekarang ini, Aneh dan Bingal panggilan sayang mereka berdua, Aneh Lyana-Bingal Vandy.
    Dikala itu Vandy memberikan sebuah permainan untuk Lyana, yaitu Lyana harus dapat membenci Vandy selama 8 hari berturut tanpa sapaan, tanpa telponan, tanpa chat, tanpa senyuman. Bisakah? selang beberapa hari Lyana telah tersenyum pada Vandy dan tak bisa menahan ingin berbicara pada Vandy karena harus menunggu beberapa hari lagi Lyana selalu memberikan Perahu Kertas pada Vandy wujud rasa rindunya dengan berisikan setiap kata-kata hatinya.
Permainan tetap berlanjut hingga hari ke8 finish dan saat itu Lyana bertanya pada Vandy apa maksud dari permainan aneh ini.

"Sekarang sudah 8 hari, sekarang aku ingin tahu apa maksud dari permainan ini?" Kata Lyana dengan wajah keingitahuannya.
Vandy menjawab maksud dari permainannya itu, dengan beberapa urutan,, ,
  • Pertama kenapa delapan hari? menurutku angka delapan angka paling istimewa dalam suatu hubungan karena tak akan pernah putus sampai kapanpun "I MISS YOU."
  • Membenci? sesuai kata orang benci tanda sayang.
  • Tanpa telponan, tanpa chat, tanpa senyuman? sesuatu yang telah hilang akan terasa lebih berarti saat dia tak didekat kita lagi.
Mungkin sesuatu kata yang romantis? Vandy menatap wajah Lyana yang hanya biasa dan tanpa raut wajah salut pada Vandy! atau memang kata-kata ini membosankan? padahal Vandy berharap dalam hati jikalau Lyana akan mengucapkan "so sweet" dan memeluknya, tapi ternyata Lyana malah diam tak bergeming kecuali senyuman yang hampir bosan di dapatkan oleh Vandy.
    Telah dua Perahu Kertas yang Vandy terima dari sahabatnya itu, hingga Vandy kini yang memberikan Perahu kertas pada sang pujaan hati sahabat tercinta, sebuah puisi.


Judul: Aneh,,
Aneh,,
Inginku bercerita padamu
Tentang jalan hidupku yang penuh liku-liku
Jurang dan tebing yang ku lalui
Onak dan duri banyak kujumpai
Namun tiada surutkan langkahku
Aneh,,
Berilah aku pemicu
Agar tak surut semangatku
Mengais rezeki, mencari nafkah
Untuk hidupku, untuk buah hatiku
Masa depanku,,,
Aneh,,
Tahukah kau
Kuarungi samudra nan luas ini
Dengan perahu tanpa nahkoda
Kadang ombak, kadang badai menggoyang layar perahuku
Ku bertahan
Ku tahu perjalanan masih panjang
Semoga selamat hingga tujuan


    Pagi itu Lyana tersenyum dikelasnya sehabis membaca surat dari Vandy, banyak yang tidak tahu tentang hubungan Vandy dengan Lyana sebenarnya,, teman sekelas Lyana yang mayoritas anak perempuan karna jurusan Sekretaris, banyak yang beranggapan Vandy dan Lyana berpacaran atau bahkan sebuah status teman tapi mesra.
Lain dengan kelas teknik teman-teman dari Vandy yang mengatakan kalau Vandy hanya sebuah pelarian yang dimanfaatkan, bagaimana tidak manalah mungkin seorang Lyana yang jelita bersanding dengan "Si Buruk Rupa." tetapi Vandy tak pernah mendengarkan cacian teman-temanya, ia selalu berkata dan meyakinkan perasaannya jikalau Lyana adalah sahabat setia yang dititipkan tuhan padanya.
    Hari ini adalah hari selasa, waktunya untuk kelas Lyana masuk dalam jam olahraga di lapangan, Vandy yang duduk di depan baris ke dua dapat melihat sahabatnya itu sedang melakukan olahraga.. . Sedikit terlintas dalam pikirannya, mengapa Lyana tak menjadi kekasihnya saja? dengan begitu setiap hinaan dan cacian musnah terhempas ombak tersapu arus lautan.. .
keasikan memangdang Lyana, Vandy tak menghiraukan guru yang menjelaskan tentang pelajaraan sedikit teguran dan di tambah dialog ringan oleh Riko temannya.
"Makanya Van, jangan Lyana aja yang kau lihat? ingat juga belajar." Sahut Riko dengan nyengir selengekan yang menjadi khas dirinya. Beginilah kelas Teknik, di depan guru semua seakan menjadi teman yang baik dan mengingatkan teman  bila salah, aslinya hanya tuhan yang tahu.
    Setiap sehabis pulang sekolah terkadang mereka bermain dan berjalan bersama.. . Vandy dan Lyana tidak tinggal terlalu jauh dari sekolah, maka itu mereka kadang selalu bercerita dan menghabiskan senja di sekolah, kala itu Lyana dan Vandy duduk di bawah suatu pohon yang rindang dengan rumput yang menjadi alas.. .
"aNeh, udah setahun kita sahabatan dan selalu bersama saat duka maupun senang, apakah aku bisa melewati setiap hari-hariku nanti tanpamu?" dengan wajah tampak sedih Vandy memandangi Lyana dengan penuh harapan,
"Aku rasa itu tak akan mudah, kau bingal sudah seperti Narkoba bagiku yang tanpa sehari saja tak ada pastilah aku seakan mati." jawab Lyana dengan senyuman manis yang memamerkan lesung pipitnya.
    Vandy memberikan sepasang Bunga Matahari pada Lyana dan menjulurkan jari kelingkingnya pada Lyana dan berkata.

"PERSAHABATAN ANEH DAN BINGAL, SEKARANG ATAU NANTI." Setelah itu apa yang terjadi? apa yang tak dipikirkan oleh Vandy, Lyana meneteskan air mata dan memeluk Vandy. Suaranya jelas terdengan di telinga kanan Vandy dan berbisik.

"Tetaplah disini jangan pernah berubah." Vandy melepaskan pelukan Lyana mencoba menghapus air mata yang membasahi pipi Lyana.
"Jangan pernah membuang air matamu, ingan janjiku aku tak akan pernah membiarkan setetespun jatuh dari dirimu." Dengan pasti Vandy berkata begitu dengan posisi tangannya yang masih menyentuk pipi kiri Lyana.


********


    Kini tepat 10 MAY 20.., adalah hari ulang tahun Lyana, Lyana menadakan pesta di rumahnya seluruh teman-teman ikut serta diundang dalam merayakan hari jadinya yang ke-16, malam itu semua datang tetapi kecuali Vandy yang memang dari tadi pagi tak ada kabar dan tidak masuk sekolahan karena sakit, Lyana merasa sedih karena selama ini orang yang memberinya semangat saat sedih malah tidah ada sewaktu ia bahagia. satu persatu teman Lyana mulai beranjak pulang meninggalkan pesta, Lyana berdiri di bibir pintu dengan Gaun hitam yang simple tetapi berkesan mewah dan indah.. .
kini tepat jam 23.38 seluruh seisi rumah telah kosong hanya tertinggal ayah dan ibu Lyana dengan piring dan gelas yang kotor.. . Lyana mulai kecewa dengan Vandy yang tak ingat pada ulang tahunnya.
namun sesaat Lyana hendak masuk Vandy telah berada tepat di belakangnya.
"Happy Birthday, aku belum terlambatkan?" sahut Vandy dengan senyuman ke arah Lyana.
"Iya, tapi sayangnya orang yang katanya sahabatku malah menjadi orang terakhir yang mengucapkan itu padaku.. ." dengan kecewa dan rasa marah Lyana membalikan badannya mengacuhkan Vandy.
Vandy memegang lengan Lyana dan berkata. "Karena aku ingin menjadi orang terakhir dalam hidupmu nanti."

Lyana membalikan wajahnya dan memandang Mata Vandy dengan rasa kagum Lyana berkata.
"Aku juga akan sama dengan yang kau katakan, I MISS YOU, BINGAL."
"I LOVE YOU, ANEH." Jawab Vandy dengan menggenggam kedua tangan Lyana.

 
********


    Senja yang dulu indah kini menjadi temaram dan bulan yang dulu purnama kini perlahan berubah menjadi sabit. Seperti rasa hati Vandy yang meratapi kekosongan dan kehampaan hatinya karena Lyana sahabat yang selama ini setia menemaninya baik suka maupun duka tidak pernah tampak lagi dan ntah kemana? Waktu terus berputar, tanpa terasa tahunpun berganti dulu masanya mengenakan seragam sekarang hari-hari tanpa seragam selain itu ada yang terasa lebih berubah dalam hidup Vandy, sahabat yang berjanji akan selalu bersamanya dulu kini telah pergi ntah kemana, dan apa kabarnya!!.. .
Vandy mendatangi tempat dimana pertama kali dirinya dan Lyana berjanji dulu, ternyata sesuatu hal yang di sengaja atau tidak, Vandy melihat Lyana duduk disebuah kursi kayu panjang dengan baju berwarna ungu.
Vandy mendekati dan duduk di sebelah Lyana.

Aneh, apakah kau tidak merindukanku sama sekali? Kemana saja engkau selama ini disaat aku duka.. . apakah aku punya salah padamu hingga engkau tak mau bertemu denganku? Dengan nada frekuensi rendah pandangan kosong kedepan.

Lyana tertawa kecil dan memangdang Vandy dengan senyumannya, bibir merah dulu kini berubah putih pucat pecah-pecah..
Aku sakit.?” Jawab Lyana langsung.

Sakit, sakit apa? Bagaimana aku bisa tahu sementara kamu tak pernah cerita padaku tentang penyakitmu.” Merubah posisi duduknya dan memandang Lyana dan memegang tangannya yang dingin.
Lyana tampak gelisah saat akan menjawab pertannyaan dari sahabatnya itu, Lyana mulai meneteskan air mata dan bibirnya seakan kaku saat ingin menjawab pertannyaan Vandy.

A,,Aku terkena Leukimia, dan dokter telah memfonis usiaku hanya 5-6 bulan saja.. sebenarnya aku tak ingin kau tahu, aku tak mau membuatmu terlalu memikirkanku, maaf.” Jawab Lyana dengan nada serak dan tak kuasa menahan tangisnya.. .
Vandypun ikut turut prihatin atas segala cobaan yang di alami oleh Lyana, Vandy memeluk Lyana dan mencoba menenangkan perasaannya yang mulai rapuh karena segala ujian yang di berikan pada sahabatnya Lyana.


********


    Vandy kini tak dapat berbuat banyak selain hanya membahagiakan Lyana di sisa umurnya yang semakin hari semakin singkat dengan kematian, kini 2 bulan telah berlalu kisah persahabatan yang panjang seharusnya membuat bahagia malah kini membuat berlinang air mata.
Pagi ini Vandy mengajak Lyana kesebuah tepian danau nan indah membuat Lyana sedikit lupa tentang kematian yang siap sewaktu-waktu menghampirinya, Sedang asik-asiknya Lyana berlari menikmati indahnya tepian danau tiba-tiba saja Lyana mengeluh,

aw, kepala ku” Teriak Lyana dengan rasa penuh kesakitan yang menghantam kepalanya.

Aneh, kamu kenapa? Kalau begitu ayo aku antar ke rumah sakit” tanya Vandy.

Nggak perlu, aku gak apa-apa Kok, Cuma sedikit pusing saja”, ucap Lyana sambil tersenyum dengan menahan sakitnya.

Oke, kalau begitu kita pulang saja, aku gak mau kamu kenapa-napa!!” dengan nada bicara Vandy terdengar begitu khawatir pada keadaan Lyana.

Vandy segera mengantarkan Lyana pulang dengan kendaraannya, setelah sampai di depan rumah Lyana, Vandy menggandeng Lyana berjalan agar tidak terjatuh.. . Dirumah yang cukup besar ini Lyana selalu hanya berdua dengan Ibunya, semenjak 8 bulan yang lalu ayah Lyana di terima berkerja di sebuah pertambangan luar kota dan karena terlalu sibuk ia selalu berada di luar kota, dan bisa di katakan Lyana termasuk orang yang berada saat ini.

Di kamarnya yang terkesan sangat elegan, nuansa coklat mendominasi di setiap sudut ruangan, Lyana terduduk lemas di atas ranjangnya,

Ya Tuhan, berapa lama lagi usiaku di dunia ini?? Berapa lama lagi malaikatmu akan menjemputku untuk menghadapmu?” erang hati Lyana.

    Di vonis menderita leukimia sejak 2 bulan lalu dan tidak akan berumur lama lagi sungguh menyakitkan bagi Lyana, usianya yang kini baru 18 tahun, dengan segudang cita-cita yang dia inginkan, sudah pasti tak satupun akan terwujud.

Pintu kamar Lyana tiba-tiba terbuka, seorang wanita cantik paruh baya masuk lalu duduk disampingnya.

“Gimana rasanya sayang? Masih gak enak?? Kita ke dokter sekarang ya?” ujar wanita itu dengan lembutnya.

“nggak usah, bu, Lyana sudah enakan kok, Lyana cuma mau beristirahat aja”, jawab Lyana dengan sopan.

ya sudah kalau begitu, Ibu tinggal dulu ya, istirahat ya, Nak,” ujar sang ibu sambil mencium kening putri semata wayangnya.

Makasih bu, aku selalu sayang Ibu,” lirih Lyana berujar dengan senyuman.

Terus terang Lyana sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya, tapi dia terus berusaha menyembunyikan itu dari orang tuanya.
    Ternyata sakit yang dirasakan Lyana pagi itu adalah pertanda Lyana akan segera di panggil menghadap Tuhan lebih cepat dari perkiraan dokter, saat minta izin untuk beristirahat pada ibunya, kesehatan Lyana benar-benar drop, dengan panik Ibu Lyana menghubungi Vandy, dan suaminya ayah dari Lyana untuk segera pulang, Lyana dilarikan ke rumah sakit, setelah mendapat penanganan oleh tim dokter, Lyana sedikit terlihat tenang, namun mukanya terlihat pucat, sinar matanya terlihat begitu redup.
Vandy, dan Ayah dari Lyana datang ke rumah sakit, tampak ibu Lyana duduk meneteskan air mata dan selalu berdoa pada yang esa demi kesembuhan Lyana,

“Maaf, Bapak dan ibuk bisa kita bicara sebentar di ruangan saya.” kata dokter yang bernama Gustomi, yang juga merupakan dokter pribadi keluarga dari Lyana.

Baiklah dok, “ sambut ayah Lyana.

Setelah ayah dan ibu Lyana duduk di ruangan dokter Gustomi, mereka akhirnya mulai bicara,

Maaf sebelumnya bapak dan ibuk, selama ini saya telah berkerja semaksimal mungkin demi keselamatan Lyana, tetapi semua usaha saya sia-sia dan belum terlihat perkembangannya sama sekali, dan maaf sebesar-besarnya mungkin nyawa Lyana tidak akan lama lagi dan saat ini hanya doa dan mukzizat tuhanlah yang mampu merubah segalanya.”
ujar dokter Gustomi.

Perkataan dokter Gustomi mampu membuat  jantung kedua orang tua Lyana berdetak dari biasanya, begitu pula dengan Vandy yang sengaja mengintip di jendela kaca di ruangan dokter Gustomi, karena tak kuat mendengar penderitaan sahabatnya Vandy berlari keluar rumah sakit dan tak sanggup bila harus melihat sahabatnya tersakiti seperti ini.

Kedua orang tua Lyana Memasuki ruangan perawatan, ibu Lyana berusaha menyembunyikan air matanya, dia tersenyum penuh kepedihan di samping ranjang putrinya,

“Ibu, kenapa? Kok sedih begitu?” ujar Lyana.

Gak apa-apa sayang”, Jawan ibu Lyana dengan nada berbisik tak kuasa menahan air mata.

“Maafkan Lyana, Ibu, Ayah, Lyana tak bermaksud membuat Ayah dan Ibu terluka seperti ini, Lyana hanya tak ingin menyusahkan kalian” Lyana berkata dengan nada terbata-bata.

Tidak sayang, kamu tidak perlu minta maaf seharusnya ayah dan ibu yang minta maaf pada kamu karena kami jarang memperhatikan kamu, kami selalu sibuk dengan urusan kami.” Jawab Ibu Lyana dengan bergelimpangan air mata dan menciumi tangan Lyana.

 
********

    Telah beberapa hari Lyana berada di rumah sakit ia tak pernah melihat Vandy sahabatnya datang menjenguknya,

“Bu, apakah ibu telah member tahu pada Vandy bahwa Lyana di rawat rumah sakit?” bertanya pada ibunya yang tengah membuatkan makanan untuknya.

Pada saat kamu dilarikan ke rumah sakit, Vandy datang kemari dan menjenguk kamu tetapi setelah itu ibu tidak pernah melihatnya lagi.. . memangnya kenapa?atau kamu kangen ya sama dia?” jawab Ibu dengan menggodai Lyana.

Iya sih bu, kenapa ya vandy tak pernah datang menjenguk Lyana!! Bu, kita pulang aja yuk Lyana mau di rawat di rumah aj, Lyana bosan di sini.. .” memohon dengan wajah manjanya,

    Kini Lyana telah berada di rumah, Lyana meminta sang Ibu agar menyuruh Vandy datang kerumahnya.
Vandy yang saat itu juga sangat merindukan dan selalu bertanya-tanya tentang keadaan sahabatnya itu datang memenuhi panggilan Ibu Lyana, Lyana sangat senang dan tersenyum menyambut kedatangan sahabatnya itu, Hal yang dulu pernah sekejab hilang kini telah timbul kembali rasa indah, rasa riang, dan rasa bahagia saat mereka bersama.

Tepat di depan rumah Lyana, mereka duduk di sebuah kursi putih panjang di kelilingi berbagai bunga hiyasan sang ibu, Lyana meminta sesuatu pada sahabatnya sebelum akhirnya nanti ia tiada didunia lagi,

Apabila umurku tak panjang lagi dan kematian sudah di depan mata, aku ingin terakhir kalinya kita berada di tempat kita berjanji dahulu kan bersahabat menyayangi sekarang atau nanti, dengan tambahan seribu cahaya lampion di setiap mataku memandang dan akan aku jadikan momen paling indah dalam memoryku..” berkata dengan senyuman dan penuh hayalan dalam baying-bayangnya Lyana.

Vandy berjanji satuhal lagi pada Lyana, bahwa akan selalu membahagiakan Lyana dan menuruti setiap perkataan yang terucap dari lisan Lyana, ia juga berkata akan mewujudkan bayangan itu kedalam bentuk nyata dengan kemampuannya.

    Kini telah 4 bulan waktu berlalu, tinggal hitungan hari menipis menuju kematian.. .
Vandy terus berusaha berkerja seorang diri mewujudkan janji dan bayangan Lyana sebelum akhirnya (Persembahan Terakhir) Telah hampir 4hari berturut Vandy mengerjakan segala sesuatu seorang diri tanpa istirahat.

Lain dengan Lyana, yang kini tampak baik dari dalam dirinya, kedua orang tua Lyana mencoba memeriksakan penyakit putrinya apakah mulai membaik atau tinggal hitungan hari. Saat dokter Gustomi memeriksa Lyana ia meneteskan air mata perlahan, Lyana yang melihat dokter Gustomi meneteskan air mata memandang ke arah kedua orang tuanya dan juga meneteskan air mata seakan tak ingin mendengar keputusan dokter nantinya.

“Subhanallah, Inilah mukzizat yang datang dari Allah SWT, penyakit yang selama ini bersarang di tubuh Lyana kini telah sembuh TOTAL!!!”  Dokter Gustomi mengucap syukur dan gembira atas apa yang selama ini di perjuangkannya ternyata di bantu oleh Allah SWT,

Lyana merasa gembira dan memeluk kedua orang tuanya dengan rasa senang dan bahagia, Lyana juga mengucapkan banyak terima kasih pada Dokter Gustomi atas semangat dan kerjanya ia dapat terbebas dari penyakit ganas itu.. .
Lyana sengaja belum memberitahu Vandy tentang kesembuhannya karna ia ingin membuat sebuah kejutan pada sahabatnya itu.

    Disaat keesokan harinya datang Lyana berniat untuk pergi mengunjungi Vandy, saat dalam perjalanan Lyana beberapa kali menghubungi Vandy tetapi tak pernah di angkat, Vandy sengaja tak mengangkat telepon dari Lyana karena permintaan Lyana telah selesai di lakukannya pagi ini dan ia berniat malam nanti Lyana melihat sebuah persembahan terakhirnya khusus pada Lyana sahabatnya.
Lyana melihat Vandy sedang berjalan kaki pulang, Lyana lalu berhenti dan memanggil Vandy yang ada di seberang jalan.. Vandy meyebrangi jalan raya yang sering di lalui kendaraan yang melaju dengan cepat karena jalan yang sepi dari pejalan kaki, Karna kurang istirahat Vandy tidak dapat melihat dengan jelas karena silauwan mata hari yang pedih kea rah matanya,, ,

Vandy mengalami kecelakaan hingga mengakibatkannya kehabisan banyak darah, tidak ada stok darah yang tersisa dan cocok dengan darah Vandy termasuk darah Lyana.. . kini berganti cerita Vandy yang tak akan bertahan lama hidup tanpa ada pendonor yang cocok dengannya, tetapi Vandy masih dalam keadaan sadar dan seperti ingin mengatakan sesuatu,

“Hey Aneh, apa kabar? Sekarang bayanganmu telah menjadi nyata, dan nampaknya kini engkau jauh lebih baik dari sebelumnya.” Ucap Vandy dengan nada suara yang kecil dan terbata-bata.

“Maaf tidak memberi tahumu, sebenarnya tuhan masih menginginkan aku hidup lebih lama lagi, dan menyabut penyakitku dengan total.” Jawab Lyana dengan meneteskan air mata.

    Vandy menggerakan tangannya dan menghapus air mata yang jatuh dari Lyana.

“Ingat, aku tak akan pernah membiarkan setetespun jatuh dari dirimu.” Menghapus air mata Lyana dengan senyumannya.

Vandy tak dapat bertahan lebih lama lagi dalam kondisi kekurangan banyak darah, kini wajahnya putih pucat, dan Vandy sempat mengucapkan sebuah kalimat pada Lyana.. .

Now or later, Our friendship will never die.” Vandy telah tiada dengan sebuah kata,
Sekarang atau nanti, Persahabatan kita tidak akan pernah mati

    Setelah kematian Vandy kini hidup Lyana lebih rapuh dari pada saat ia mengidap penyakit Leukimia, ia mengunjungi tepian danau tempat yang di persembahkan oleh Vandy sebagai Persembahan Terakhir untuknya.. .
memang cukup indah malam itu, bagai seribu lampion berbagai warna cahaya menyinari tempat tersebut.. .
tak hanya itu, telah disiapkan sebuah kursi untuk sepasang orang dengan selembar perahu kertas bertuliskan, suatu saat nanti kita akan berlayar bersama membangun perahu kertas di surga tentang arti sahabat kita.

    Lyana duduk di kursi yang telah di persiapkan oleh Vandy, dan saat Lyana memandang ke depan tampak seperti ada sebuah asap yang membentuk wajah Vandy dengan sempurna dan menengadahkan jari kelingkingnya ke arah Lyana..
Dengan rasa heran, takut dan bimbang Lyana mengarahkan kelingkingnya ke arah Vandy yang di lihatnya seketika wajah itu tersenyum dan hilang terbawa angin,

Lyana terkejut, bangkit dari tempat duduknya dan ia merasakan bahwa tadi itu benar adalah VANDY SAHABATNYA.. .






__________________________________SELESAI___________________________________

{ 2 komentar... read them below or Comment }

Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel ini jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda,namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.

HOME
Diberdayakan oleh Blogger.
Terima Kasih

Label

  • 125x125 Ads1

    ©2008 - 2013 ZrdErdi.RIAU - Design by Tazwa Q Ferdian - Original by Djogzs

    close